Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyebut kemandirian bahan baku lokal sebagai solusi jangka panjang mengatasi gangguan rantai pasok industri tekstil, termasuk yang saat ini dipicu oleh krisis listrik di China.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia Rizal Tanzil Rakhman mengakui sebagian besar bahan baku tekstil Indonesia masih didatangkan dari China sehingga krisis ini lambat laun akan menekan pelaku industri dalam negeri.
"Kalau mau jangka panjang ya kemandirian bahan baku. Itu jadi solusi, kita jadi tidak tergantung dengan negara lain, sehingga industri lokalnya bagus," kata Rizal kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Dia menerangkan kendala krisis listrik di China saat ini belum berdampak signifikan pada suplai bahan baku tekstil. Namun diperkirakan akan segera dirasakan jika kondisi ini berkepanjangan.
Adapun saat ini pelaku usaha juga masih mengalami gangguan kemacetan pengapalan karena kelangkaan kontainer dan ongkos kirim yang melambung.
"Karena persoalan kontainer juga agak lambat, jadi belum bisa teridentifikasi, oh ini gara-gara [krisis] listrik [China]," lanjutnya.
Suplai bahan baku dari dalam negeri menurutnya belum bisa sepenuhnya menutupi kebutuhan di industri hilir, terutama terkait standar kualitas.
Sementara itu, selain kendala suplai bahan baku dari China, harga kapas di pasar dunia juga tengah melonjak karena cuaca buruk merusak panen di Amerika Serikat.
Namun, Rizal mengatakan sebagian besar pelaku usaha telah beralih dari kapas ke bahan baku serat lain. Sehingga kenaikan harga kapas dunia tak terlalu memberi tekanan pada ongkos produksi industri secara keseluruhan.
"Bagi pemain yang pakai kapas ya pasti terasa [dampaknya], cuma kebanyakan di Jawa Tengah dan sudah tidak terlalu banyak," ujar Rizal.
Gangguan Suplai dari China, API Punya Solusi
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyebut kemandirian bahan baku lokal sebagai solusi jangka panjang mengatasi gangguan rantai pasok industri tekstil, termasuk yang saat ini dipicu oleh krisis listrik di China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Reni Lestari
Editor : M. Nurhadi Pratomo
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
13 jam yang lalu
Bos Eramet Buka-bukaan Soal RI Batasi Pasokan Nikel
15 jam yang lalu