Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian tetap menaruh harapan kinerja positif di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meski di tengah kendala rantai pasok yang semakin kompleks.
Belum selesai dengan kemacetan pengapalan karena kelangkaan kontainer dan ongkos kirim yang melonjak, krisis listrik di China kini menyebabkan penundaan suplai bahan baku tekstil. Selain dari China, Indonesia juga mendatangkan bahan baku tekstil dari Vietnam yang sampai akhir bulan lalu memberlakukan pembatasan ketat.
Direktur Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh optimistis permintaan domestik yang terjaga dapat mengerek kinerja TPT.
"Proyeksi kinerja TPT bisa positif asalkan demand di dalam negerinya tetap terjaga," kata Elis kepada Bisnis, Jumat (1/10/2021).
Diketahui pada kuartal II/2021, secara year-on-year sektor tekstil dan pakaian jadi mencatatkan kontraksi 4,54 persen. Sedangkan secara quartal-to-quartal tumbuh 0,43 persen.
Tekstil dan pakaian jadi menjadi satu-satunya sektor di industri pengolahan nonmigas yang terkontraksi pada triwulan kedua tahun ini.
Elis mengatakan pelonggaran pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan pembukaan kembali sekolah dapat membalikkan kinerja dari kontraksi ke ekspansi pada akhir tahun.
Elis pun mendorong industri hulu tekstil dalam negeri untuk menangkap peluang perluasan serapan bahan baku lokal ke industri antara dan hilir. Menurutnya, momentum gangguan suplai bahan baku ini dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki alur aliran material di dalam negeri.
"Demikian juga untuk alas kaki. Kita punya bahan baku kulit yang selama ini belum terserap secara optimal oleh industri hilirnya. Ini kesempatan industri untuk melakukan integrasi di dalam negeri," ujarnya.