Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kendala Suplai China, Peluang Ekspansi Bahan Baku Tekstil Lokal

Kemenperin menargetkan penurunan impor di sektor tekstil dan alas kaki sebesar Rp21,02 triliun sepanjang tahun ini, untuk mencapai target substitusi impor 35 persen pada 2022.
Pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2018). /JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2018). /JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Krisis listrik di China disinyalir akan berdampak ke industri tekstil dalam negeri mengingat sebagian besar bahan baku masih diimpor dari negara itu.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Elis Masitoh mengatakan kendala ini dapat menjadi peluang bagi pelaku industri hulu untuk memaksimalkan suplai bahan baku lokal.  

Pasalnya, lanjut Elis, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki struktur yang lengkap, mulai dari hulu (serat dan benang), antara (kain), hingga hilir (garmen). Terlebih selama ini, daya saing bahan baku lokal masih kalah dari produk China dari segi harga.

"Adanya gangguan suplai listrik di China justru harus dimanfaatkan oleh industri TPT Indonesia untuk bisa menyuplai bahan baku tekstilnya dari dalam negeri," kata Elis kepada Bisnis, Jumat (1/10/2021).

Kemenperin menargetkan penurunan impor di sektor TPT dan alas kaki sebesar Rp21,02 triliun sepanjang tahun ini, untuk mencapai target substitusi impor 35 persen pada 2022.

Pada semester I/2021 penurunan impor ditarget 22 persen atau Rp10,66 triliun dari posisi paruh pertama 2019. Namun, realisasinya baru mencapai 13 persen atau Rp 6,3 triliun menjadi Rp42,15 triliun dari semester I/2019 sebesar Rp48,45 triliun.

Adapun industri alas kaki mengalami penurunan impor paling tinggi pada paruh pertama tahun ini sebesar 35 persen, diikuti pakaian jadi 16 persen dan tekstil 12 persen.

Sementara itu, selain kendala suplai bahan baku dari China, harga kapas di pasar dunia juga tengah melonjak karena cuaca buruk merusak panen di Amerika Serikat.

Namun demikian, Elis mengatakan Indonesia tidak lagi bergantung pada kapas sebagai bahan baku tekstil dan telah bergeser ke bahan substitusi yakni rayon dan polyester.  

"Indonesia punya industri rayon dan industri polyester yang bisa mensubstitusi kapas," lanjutnya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman membenarkan bahwa sebagian besar pelaku usaha telah beralih dari kapas ke bahan baku serat lain.  Dengan demikian, kenaikan harga kapas dunia tak terlalu memberi tekanan pada ongkos produksi industri secara keseluruhan.

"Bagi pemain yang pakai kapas ya pasti terasa [dampaknya], cuma kebanyakan di Jawa Tengah dan sudah tidak terlalu banyak," ujar Rizal. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper