Bisnis.com, JAKARTA — Studi Institute of Strategic Initiative (ISI) menunjukkan bahwa kebijakan diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) menyebabkan potensi kehilangan pendapatan negara di pos tersebut.
Namun demikian, ada potensi penerimaan yang meningkat pada pos-pos lain seperti pajak pertambahan nilai (PPN), pajak kendaraan bermotor (PKB), dan balik nama kendaraan bermotor (BNKB).
Peneliti ISI Wahyudi Tohar menyatakan ada potensi kehilangan pendapatan dari diskon PPnBM sebesar Rp2,3 triliun. Sebaliknya, potensi pendapatan yang masih bisa dipungut akibat peningkatan penjualan mobil sebesar Rp5,17 triliun dari PPN, PKB, dan BNKB.
"Potential loss ada, tapi potential gain lebih besar," katanya dalaam webinar, Kamis (23/9/2021).
Dalam simulasi yang dilakukan ISI, pada periode Maret-Mei 2021, tanpa kebijakan diskon PPnBM, pendapatan dari PPN akan sebesar Rp1,03 triliun. Adapun PKB dan BBNKB akan senilai Rp1,31 triliun.
Sedangkan dengan kebijakan diskon PPnBM, nilai PPN meningkat menjadi Rp2,23 triliun dan PKB plus BNKB menjadi Rp2,93 triliun.
Wahyudi mengatakan potensi penurunan pendapatan negara ini sempat menjadi pro kontra di awal wacana bergulirnya kebijakan ini.
Temuan ISI juga menunjukkan, pada periode tersebut terjadi peningkatan penjualan mobil hingga menyentuh 99.370 unit. Angka ini masih belum menyamai penjualan sebelum pandemi yang mencapai 126.681 unit, tetapi cukup meningkat pada periode yang sama 2020 sebesar 44.884.
Lonjakan penjualan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2021 dengan volume penjualan mencapai sekitar 40.833 unit.
Dari peningkatan itu, nilai penjualan mobil pun terkerek menjadi Rp22,95 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama 2020 sebesar Rp10,62 triliun.
Selain itu, diskon PPnBM juga berpotensi menciptakan penambahan output sebesar Rp39,90 triliun dengan komposisi terbesar pada manufaktur senilai Rp29 triliun; pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar Rp3,69 triliun; pertambangan dan penggalian Rp1,7 triliun, dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor Rp1,7 triliun.
"Output sebear Rp39 triliun terdistribusi ke sektor-sektor itu. Sebetulnya tidak hanya sektor-sektor ini, tetapi empat ini yang terbesarnya," ujar Wahyudi.