Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai positif rencana perluasan cukai pada minuman bergula dalam kemasan, plastik dan peralatan makan-minum sekali pakai yang tengah digodok dalam Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2022.
Bhima mengatakan rencana perluasan cukai itu krusial untuk mengendalikan perputaran barang yang memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Kendati, Bhima mengakui, sejumlah industri yang bertumpu pada produk tersebut bakal mengalami penurunan omzet yang signifikan.
Hanya saja, Bhima menerangkan, persoalan utama yang mesti dipastikan terkait rencana itu adalah penggunaan dana hasil cukai dapat diserap untuk stimulus atau insentif pada sektor yang menghasilkan produk alternatif yang memiliki efek positif bagi masyarakat.
“Yang sekarang harus didorong itu pemanfaatan dana untuk memberikan stimulus atau insentif kepada perusahaan-perusahaan yang memproduksi alat makan dari plastik daur ulang dan insentif bagi pengolahan limbah plastik,” kata Bhima melalui pesan suara kepada Bisnis, Selasa (21/9/2021).
Menurut dia, insentif pada sektor alternatif itu justru dapat menciptakan lapangan kerja yang berlipat dengan tetap memerhatikan isu lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, dia menegaskan, pemanfaatan dana cukai itu mesti menjadi perhatian utama ketimbang dampak pada industri konvensional.
“Itu yang perlu dipastikan sebenarnya karena uang cukai itu harus spesifik terkait dengan penciptaan lapangan kerja dan inovasi di lingkungan hidup,” kata dia.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communications Transmart Carrefour Satria Hamid menyesalkan rencana perluasan cukai pada minuman bergula dalam kemasan, plastik dan peralatan makan-minum sekali pakai pada tahun depan.
Satria beralasan manuver pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara lewat perluasan cukai itu berpotensi menggerus omzet industri ritel nasional serta menekan tingkat konsumsi masyarakat di tengah momentum pemulihan ekonomi belakangan ini. Selain itu, Satria menambahkan, perluasan cukai itu juga berpotensi menimbulkan inflasi di tengah masyarakat.
“Tidak hanya Transmart saja, tetapi seluruh usaha ritel bakal mengalami penurunan pendapatan yang signifikan karena konsumen menahan belanjanya,” kata Satria melalui sambungan telepon kepada Bisnis, Selasa (21/9/2021).
Adapun, nilai transaksi produk minuman bergula dalam kemasan, plastik dan peralatan makan-minum sekali pakai mencapai sekitar Rp500 miliar setiap tahun di seluruh gerai ritel modern milik Transmart Carrefour.
Di sisi lain, Satria berpendapat, rencana pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara lewat perluasan cukai itu tidak bakal optimal. Alasannya, potensi pendapatan industri ritel dan tingkat konsumsi masyarakat dipastikan turun signifikan.