Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia atau BI dinilai harus meyakinkan masyarakat dan pelaku usaha bahwa kondisi perekonomian akan kembali tumbuh, sehingga upaya meningkatkan inflasi dapat berjalan dengan optimal.
Peneliti center of macroeconomics and finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Agus Herta Sumarto menjelaskan bahwa pemerintah menetapkan target inflasi di angka 3 persen pada 2022. Peningkatan inflasi diperlukan karena per Agustus 2021 posisinya cukup rendah, yakni di angka 1,59 persen.
Menurut Agus, pergerakan inflasi turut dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi dan keyakinan konsumen. Di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi, masyarakat dinilai masih ragu akan kondisi perekonomian sehingga pertumbuhannya pun belum optimal.
"Ada teori inflasi saat ini adalah ekspektasi dari inflasi sebelumnya, inflasi masa depan ekspektasi dari inflasi saat ini. Tugas BI meyakinkan masyarakat agar keyakinan tumbuh," ujar Agus dalam bincang-bincang bertajuk Bank Indonesia Perlu Mendorong Inflasi? yang berlangsung Minggu (19/9/2021) malam.
Menurutnya, kurangnya keyakinan masyarakat akan kondisi perekonomian dapat menahan ekspansi usaha di sektor industri. Hal tersebut karena masyarakat cenderung menahan konsumsi, sehingga terjadi penyesuaian tingkat produksi.
Agus mencontohkan bahwa sebelumnya terdapat masyarakat yang memperoleh bantuan tetapi uang itu tidak digunakan untuk konsumsi. Mereka menyimpannya karena merasa memerlukan uang itu untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan, seiring masih sulitnya usaha yang dijalankan.
Baca Juga
"Dikasih bantuan tapi bukan buat konsumsi, tapi disimpan karena takut besok tidak dapat lagi. Uang itu tidak bermetamorfosis jadi kegiatan ekonomi," ujarnya.
Agus menilai bahwa penting bagi pemerintah dan BI untuk meyakinan masyarakat luas bahwa kondisi ekonomi Indonesia cukup baik.