Bisnis.com, JAKARTA — China menyerukan kepada administrasi Joe Biden untuk merespons permintaan Taliban agar mau melepaskan cadangan senilai US$9,5 miliar yang disimpan di rekening AS agar Afghanistan tidak jatuh dalam krisis ekonomi dan kemanusiaan.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (15/9/2021), tanpa adanya akses cadangan, Afghanistan terancam krisis likuiditas yang akan berdampak pada penutupan bank-bank.
Juru Bicara Kementerian Luar negeri China Zhao Lijianmeminta AS menghentikan upayanya untuk menghalangi perdamaian dan pembangunan di Afghanistan. “Aset ini milik rakyat Afghanistan. Amerika tidak punya alasan yang sah untuk membekukan aset ini," kata Zao.
Afghanistan International Bank, bank dengan aset terbesar telah menghentikan transfer internasional atas perintah dari Bank Sentral, ungkap Serajuddin, seorang karyawan bank mengatakan melalui telepon. Bank juga membatasi pengeluaran online menjadi US$1.000 dari US$3.000 sebelumnya.
Setelah Taliban berkuasa, mereka melarang warga Afghanistan untuk membawa dolar AS ke luar negeri dengan tujuan menjaga cadangan devisa di negara itu. Sebelumnya, warga Afghanistan bisa membawa hingga US$10.000 ke luar negeri.
Saat ini Taliban telah meminta bantuan kemanusiaan dari komunitas internasional sesaat setelah PBB berhasil menghimpun US$1,2 miliar untuk dana darurat pada pekan ini.
Baca Juga
Amerika dan sekutunya meminta Taliban segera menangani isu kemanusiaan yang menimpa perempuan dan anak-anak dan memastikan tidak ada kelompok teror di negara tersebut. Sementara itu China sebagai negara tetangga Afghanistan berupaya untuk mencegah krisis kemanusiaan yang dapat masuk lewat perbatasannya.
Anggota Bank Bentral Taliban Mohammad Idris meyakinkan dunia bisnis bahwa perbankan Afghanistan aman dan dalam kondisi baik. Dia meminta warga Afghanistan untuk menyesuaikan operasi mereka secara normal dan teratur serta menjalankan bisnis dengan percaya diri.
Namun, sejak dimulainya kembali operasi bank pada bulan lalu, bank sentral memerintahkan perbankan untuk membatasi penarikan hanya US$200 per pekan, atau 20.000 afghani Afghanistas per orangnya.
Perintah tersebut telah membuat marah deposan lokal, termasuk klien korporat yang mengatakan batas penarikan tersebut tidak akan cukup untuk membayar karyawan dan operasoinal.
“Operasional bisnis kami di ambang kehancuran. Saya sudah memberhentikan beberapa staf saya dan mungkin kami sebentar lagi akan menutup bisnis kami yang sudah berjalan 5 tahun," kata Seraj Ahmady, pemilik kafe di pusat kota Kabul.