Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian perindustrian, Muhammad Khayam menyampaikan akan mempercepat perkembangan produksi Vaksin Merah Putih melalui skema insentif investasi.
"Kami dari Kemenperin sebagai regulator yang bertanggung jawab terhadap produksi vaksin tentunya mendorong investasi yang ada dari dalam negeri maupun luar negeri terhadap pengembangan vaksin ini," katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (15/9/2021).
Dia melanjutkan, fokus pemerintah saat ini adalah agar produksi vaksin Merah Putih bisa berlangsung secara berkelanjutan termasuk dalam sektor kelayakan ekonomi. Salah satunya dengan mendorong insentif investasi.
"Insentif investasi ini, setelah masa percobaan [ujicoba vaksin] tersebut akan masuk ke aspek komersial dan ini tak lepas dari keekonomian, maka pemerintah melalui Kemenperin mendorong adanya insentif investasi," tuturnya.
Selain insentif investasi, dia melanjutkan pemerintah juga akan mempersiapkan insentif Super Deducted Tax yang berguna sebagai insentif bagi hasil riset yang seluruhnya dilakukan di dalam negeri.
"Oleh karena itu, pemerintah akan berikan penggantian sebesar 300 persen, ini memang peraturannya telah lebih dulu terbt, artinya bagaimana konsorsium ini bisa menikmati insentif yang diberikan pemerintah," ujarnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia menjelaskan saat ini informasi, konsorsium pengembangan vaksin merah putih terdiri dari berbagai Lembaga, termasuk juga perusahaan-perusahaan farmasi dan perguruan tinggi.
Vaksin Merah Putih dikepalai Lembaga Eijkman, konsorsium memiliki mitra diantaranya Bio farma, BalitbangKes, LIPI, Balitvet, dan Perguruan Tinggi.
Sementara itu di sektor kementerian dan lembaga, didalamnya ada Kementerian Perdagangan yang melingkupi terkait impor.
Selain itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang melingkupi terkait riset, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan BPOM akan melingkup distribusi. Adapun, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang melingkupi produksi dan manufaktur.
Untuk diketahui, selain pengembangan yang dilakukan utamanya oleh Lembaga Eijkman, terdapat universitas lain yang juga turut mengembangkan vaksin merah putih dengan platform yang berbeda-beda.
Di antaranya, Universitas Indonesia dengan vaksin DNA, mRNA, dan Virus Like Particles. Selanjutnya, ITB dengan Vector adenovirus, UNAIR dengan Adenovirus, Adeno Associated Virus Based, dan Inactivated Virus, dan UGM dengan Protein Rekombinan.