Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apindo Beberkan Kunci Ekspansi Manufaktur

Ekspansi di tengah pelemahan permintaan, lanjutnya, hanya akan menciptakan risiko kerugian yang lebih besar bagi pelaku usaha akibat supplai produk yang tidak bisa diserap pasar.
Suasana sepi terlihat di salah satu pusat perbelanjaan atau mal saat libur Natal dan Tahun Baru di Depok, Jawa Barat, Minggu (27/12/2020). /Bisnis-Himawan L Nugraha
Suasana sepi terlihat di salah satu pusat perbelanjaan atau mal saat libur Natal dan Tahun Baru di Depok, Jawa Barat, Minggu (27/12/2020). /Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Industri yang berorientasi ekspor tidak hanya bergantung pada pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk dapat melakukan ekspansi.

Dengan demikian kinerja industri manufaktur nasional tidak serta merta bakal terkerek setelah pemerintah sudah memperbolehkan sektor tersebut beroperasi penuh. 

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani mengatakan akan perlu waktu sampai Purchasing Managers' Indekx (PMI) Indonesia kembali ekspansif. Hal ini karena hampir seluruh industri manufaktur nasional menjual produknya ke pasar dalam negeri yang masih mengalami pelemahan permintaan.

"Karena itu, selama demand pasar dalam negeri masih kontraksi karena PPKM, industri manufaktur nasional akan sulit melakukan ekspansi produktifitas," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (1/9/2021).

Ekspansi di tengah permintaan yang lemah, lanjutnya, hanya akan menciptakan risiko kerugian lebih besar bagi pelaku usaha akibat suplai produk yang tidak bisa diserap pasar.

Dengan demikian, faktor pengerek angka PMI bukan hanya pelonggaran aturan PPKM, tetapi juga pemulihan permintaan dalam negeri.

Sejauh ini Shinta melihat pemulihan permintaan masih sangat rendah meskipun PPKM sudah turun 1 level. Menurutnya, jika penurunan level PPKM terjadi secara bertahap dan respons pemulihan pasar domestik juga bertahap, kemungkinan PMI pada September masih akan di area kontraksi tetapi lebih tinggi dari posisi Agustus.

Sebaliknya, jika pemulihan permintaan domestik bisa dipercepat, misalnya langsung rebound ke level konsumsi Maret atau Juni 2021, Shinta cukup optimistis PMI bisa terdorong lebih kuat hingga ke area ekspansi.

Pemulihan permintaan pada bulan depan akan menjadi acuan proyeksi kecepatan rebound hingga akhir tahun. Hal itu juga menjadi acuan peningkatan produktifitas manufaktur untuk mengantisipasi produksi pada momentum konsumsi akhir tahun.

"Jadi semakin tinggi dan semakin cepat rebound demand pasar nasional di bulan ini, PMI akan semakin stabil ada di zona ekspansif hingga akhir tahun," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper