Bisnis.com, JAKARTA – Ketika pandemi Covid-19 tiba di Indonesia pada tahun lalu, Syarif yang berusia 36 tahun sempat berpikir bahwa dirinya adalah orang paling apes di dunia.
Bekerja setiap hari sebagai pegawai di salah satu maskapai penerbangan dalam negeri, Syarif harus menerima nasib dirumahkan dan kehilangan sebagian besar penghasilannya.
“Sementara pengeluaran jalan terus, anak-anak saya masih tetap sekolah dan keluarga tetap butuh makan setiap hari,” keluh Syarif kepada Bisnis, Senin (30/8/2021).
Pertengahan September tahun lalu, Syarif lantas mencoba bangkit dengan merintis bisnis kuliner kecil-kecilan, yang melayani pesan antar via ojek daring (ojol).
Awalnya, hasil dari bisnis itu tak seberapa. Namun lama kelamaan penghasilan Syarif sudah lebih dari sekadar cukup untuk menghidupi keluarganya.
“Dulu memberanikan diri ambil kredit untuk usaha di salah satu [peer-to-peer lending/P2P] online. Sekarang sudah mau lunas, dan syukurnya bisnis sudah mulai balik modal,” imbuh Syarif.
Baca Juga
Saat ini Syarif mengaku masih berharap kantor tempatnya bekerja memanggilnya lagi untuk menekuni pekerjaan lama. Namun, bilapun hal itu tidak terjadi, dia sudah siap hidup bergantung 100 persen dengan bisnis rintisannya untuk jangka panjang.
Wahyu (41), yang lebih lama malang melintang sebagai pelaku UMKM, punya pengalaman tidak jauh berbeda. Berdagang roti di dalam mal sejak 6 tahun lalu, Wahyu dihadapkan pada kenyataan pahit ketika sejak tahun lalu pemerintah membatasi jam operasional mal.
Di awal tahun ini, Wahyu memutuskan untuk memindahkan bisnisnya dengan membuka gerai di luar mal dan melayani pesan antar. Tentu saja dengan keberanian menjual jenis-jenis panganan selain roti, seperti kopi susu dan aneka minuman lain, dan menggelontorkan modal yang tidak sedikit.
Seperti Syarif, Wahyu memberanikan diri mengambil kredit usaha lewat salah satu platform P2P lending.
“Saya cukup berhati-hati, tanya-tanya dulu ke teman-teman dekat karena banyak kan gosip kalau pinjaman online berbahaya. Tapi yang saya pakai sudah terverifikasi [OJK] dan sejauh ini baik-baik saja, pembayaran lancar karena alhamdulillah bisnis juga sedang lumayan,” kata Wahyu kepada Bisnis.
Sejak kedatangan pandemi Covid-19, yang membuat interaksi fisik dibatasi, kenaikan permintaan kredit usaha di platform-platform pembiayaan digital memang meningkat pesat.
PT Modal Rakyat Indonesia alias Modal Rakyat misalnya, mengklaim telah berhasil menyalurkan pinjaman Rp660 miliar khusus pada 2020.
Beroperasi pada 2020, per awal Maret lalu pembiayaan Modal Rakyat, yang memang dikhususkan untuk segmen UMKM, telah menembus Rp1 triliun dan seiring berjalannya tahun ini perusahaan optimistis bisa menembus nominal penyaluran kredit Rp2 triliun.
“Ini adalah bukti nyata bahwa penggunaan teknologi secara tepat dan sinergis dengan kondisi pasar dapat mendukung permodalan dan pemberdayaan UMKM secara menyeluruh,” tutur Komisaris Utama Modal Rakyat Wafa Taftazani dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis belum lama ini.
Sebagai informasi, pada 2020, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) diprediksi menyusut hingga 38,14 persen akibat pandemi. Angka tersebut turun pesat dari proporsi 2019, ketika UMKM masih mampu menyumbang 60,3 persen PDB. Ini juga merupakan rekor terkecil kontribusi UMKM terhadap PDB sejak 2010.
Dengan adanya tren geliat pembiayaan segmen UMKM sejak pengujung tahun lalu sampai pertengahan tahun ini, Modal Rakyat berharap kontribusi UMKM bisa maksimal lagi.
“Dalam jangka menengah dan panjang, harapannya ini akan membawa dampak positif untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia,” sambung Wafa. Hal serupa disuarakan perusahaan P2P lending lainnya, PT Mitrausaha Indonesia Group alias Modalku.
Terhitung sejak berdiri 5 tahun lalu hingga akhir kuartal I/2021 lalu, Modalku Group mengklaim telah menyalurkan kredit senilai Rp22,4 triliun ke pelaku UMKM di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Jumlah pinjaman tersebut telah mencakup 4 juta lebih UMKM.
Untuk memastikan peran memulihkan kinerja UMKM di dalam negeri, co-founder sekaligus direktur Modalku Iwan Kurniawan berkata perusahaannya mengembangkan proyek penelitian bersama konsultan DSInnovative. Penelitian tersebut berfokus untuk memberikan perspektif pendekatan baru dalam merangkul UMKM.
Sejauh ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku bisnis UMKM dapat mengatur arus kas lebih lancar, meningkatkan produksi bisnis, dan menjaga kelancaran operasional harian bisnis melalui pendanaan dari Modalku. Temuan ini didapat melalui survei online dan diskusi melalui telepon terhadap 350 pelaku UMKM yang merupakan peminjam Modalku.
“Melalui terobosan dan pendekatan berbasis teknologi, serta penilaian kelayakan kredit yang sesuai dengan karakteristik UMKM, sektor fintech terutama P2P lending memiliki peran penting dalam mendukung pelaku UMKM yang belum tersentuh akses pendanaan lembaga keuangan konvensional [bank dan multifinance],” kata Iwan dalam keterangan tertulisnya.
Usaha P2P lending menggencarkan pembiayaannya di sisa tahun ini juga mendapat respons positif dari perbankan.
Kini tidak hanya menyalurkan kredit lewat layanan konvensionalnya, perbankan terutama bank-bank berbasis digital mulai aktif menyuntik dana ke platform-platform P2P lending agar dapat menjangkau pelaku usaha.
PT Bank Jago Tbk. (ARTO) salah satunya, sejauh ini telah melakukan penyuntukan dana ke sejumlah fintech. Hampir Rp500 miliat dikucurkan perusahaan pada tahun ini untuk platform-platform seperti Modal Rakyat, Akseleran hingga Paper.id.
Hal serupa dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (AGRO) alias BRI Agro, yang mengusung misi sebagai home of fintech.
“Pelaku UMKM adalah salah satu pilar pemulihan ekonomi di Indonesia. Ke depan, BRI Agro berharap dapat memperbanyak kolaborasi dengan penyelenggara teknologi finansial digital,” ujar Direktur Ritel Agri dan Pendanaan BRI Agro Sigit Murtiyoso saat menandatangani perjanjian dengan Modalku pada awal Mei lalu.
Berbagai upaya dan sinergi antara UMKM dan industri keuangan digital untuk memulihkan perekonomian di tengah pandemi sejalan dengan mandat pemerintah. Hal ini belum lama juga ditekankan lagi oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy.
"Kita akan berdampingan dengan Covid-19 dalam jangka waktu yang belum bisa kita pastikan. Perlu kerja sama yang dipercepat, dengan protokol kesehatan, dan memanfaatkan semua kemampuan termasuk teknologi digital. Pemulihan [lewat digitalisasi] bisa dilakukan di bidang ekonomi yaitu dengan menaikkan produktivitas," kata Muhadjir dalam konferensi pers virtual Senin (30/8/2021).
Bersamaan dengan peningkatan secara berkala kapasitas vaksin dan pelaksanaan vaksinasi, Muhadjir yakin pemanfaatan teknologi dan digitalisasi akan menjadi rumus yang tepat bagi Indonesia untuk bertahan sampai pandemi lewat.
Hingga Senin (30/8/2021) dari sisi vaksinasi, data Satgas Penanganan Covid-19 BNPB merekapitulasi penyuntikan vaksin dosis kedua telah mencapai 35.315.460 warga atau setara 16,95 persen target, sementara untuk dosis pertama telah mencapai 62.294.896 warga atau setara 29,91 persen dari total target 208.265.720 warga.