Bisnis.com, JAKARTA - Adi Putra, salah satu kurir perusahaan jasa pengiriman barang on demand mengaku pendapatannya berkurang kendati permintaan pengiriman barang terbilang meningkat di tengah pandemi Covid-19.
Menurutnya, penurunan tarif atau murahnya biaya kirim yang ditawarkan pihak aplikator berdampak terhadap pendapatan para kurir yang tetap harus bekerja bahkan mempertaruhkan nyawa demi memenuhi kebutuhan pelanggan dan keluarganya.
Adi mengaku telah bekerja selama hampir 4 tahun sebagai kurir online. Awalnya, perusahaan tempat dia bekerja yang hadir sejak 2018 itu menawarkan tarif pengiriman Rp16.000 per 5 km sebagai tarif dasar. Kini, tarif tersebut berubah menjadi Rp8.000 per 4 km.
"Kalau di-flashback, saya dari 2018 jadi kurir di tempat yang sekarang. Tarif dulu itu jauh lebih besar dibandingkan sekarang. Dulu Rp16.000 tarif dasarnya per 5 km. Sekarang ini cuma Rp8.000 per 4 km. Jadi Rp2.000 per km belum dipotong 20 persen dari pihak aplikator," akunya dikutip dari tayangan video akun instagram Change.org, Kamis (26/8/2021).
Bukan itu saja, dia juga mengeluhkan kondisi di lapangan dimana terkadang pihak aplikator tetap memaksa kurir mengirimkan barang yang tidak sesuai dengan kendaraan mereka, seperti barang yang terlalu besar.
"Kami dipaksa untuk tetap mempick-up atau membawa. Kadang keadaan di lapangan seperti itu atau kondisi toko tutup kadang tidak bisa ditolerir oleh aplikator. Kami langsung disuspend kalau tidak bisa menyelesaikan orderan tersebut," keluhnya.
Baca Juga
Secara tidak langsung, Adi menyayangkan sikap aplikator yang seolah mengganggap kurir online ini sebagai karyawan mereka. Padahal, kata dia, status mereka adalah mitra yang harus saling menguntungkan.
Oleh karenanya, dia bersama teman-teman kurir lainnya berharap pemerintah bisa mencari solusi dari persoalan tarif tersebut. Adi meminta pemerintah ikut hadir dalam mengatur tarif pengiriman, dan jangan membiarkan aplikator bisa memainkan tarif.
"Yang kami mau utarakan ini permasalahan tarif. Tarif ini ya benar-benar berpengaruh ke besar kecilnya pendapatan kami. Jangan dibiarkan harusnya aplikator nakal mainin tarif," tegas Adi.