Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di 2021 telah mengalami refocusing sebanyak empat kali.
Suahasil mengatakan hal itu merupakan bagian dari penyesuaian terhadap salah satunya situasi dan kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia.
“Di tahun 2021 ini, APBN itu telah empat kali melakukan refocusing. Refocusing pertama, kedua, ketiga, keempat. Refocusing itu artinya belanja kementerian dan transfer ke daerah kita setel ulang,” jelasnya pada Sarasehan Virtual 100 Ekonom, Kamis (26/8/2021).
Adapun, refocusing pertama dilakukan pada kuartal I/2021 dengan pemangkasan anggaran belanja kementerian dan TKDD karena terjadinya lonjakan kasus Covid-19 pada Februari dan Maret lalu. Refocusing anggaran pada saat itu sebesar Rp59,1 triliun.
Refocusing kedua yaitu pemangkasan Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) sebesar Rp12,4 triliun pada Juni lalu.
“Ketika kita membayar THR, kita katakan, ‘tanpa tukin.’ Kita hemat beberapa belas triliun dari situ,” kata Suahasil.
Baca Juga
Refocusing ketiga dilakukan untuk meningkatkan belanja Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam menghadapi penyebaran varian Delta. Refocusing ketiga sebesar Rp26,2 triliun. Pada refocusing ini, anggaran PEN naik dari Rp699,43 triliun menjadi Rp744,7 triliun.
“Ketika di tengah-tengah varian Delta, kita naikkan belanja Pemulihan Ekonomi Nasional. Sebenarnya di awal tahun kita perkirakan lebih rendah, namun kita adjust ke Rp699,43 triliun, lalu kita adjust lagi ke Rp744 triliun. Dari mana uangnya? Dari refocusing lagi,” tuturnya.
Terakhir, refocusing keempat dilakukan dengan memangkas lagi anggaran kementerian/lembaga sebanyak Rp26,3 triliun.
Suahasil lalu menegaskan bahwa refocusing anggaran negara dilakukan secara terus menerus. Dengan demikian, kebijakan fiskal diarahkan oleh pemerintah untuk memenuhi tiga sifat yaitu antisipatif, responsif, dan fleksibel.
“Dalam konteks seperti ini, kita lihat perubahan-perubahan ini sebagai bentuk antisipasi, respon, dan fleksibilitas dari kebijakan fiskal,” jelasnya.