Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut eskalasi kasus Covid-19 akibat merebaknya varian Delta telah menahan pemulihan ekonomi dunia secara merata.
Menkeu mengungkapkan Covid-19 varian Delta kini telah menyebar ke 148 negara per 17 Agustus 2021 dan menyebabkan kembali terjadinya outbreak di beberapa negara. Kondisi tersebut semakin buruk ketika capaian vaksinasi juga belum merata.
“Adanya varian Delta yang menimbulkan outbreak lagi serta belum meratanya vaksinasi, juga menimbulkan pemulihan ekonomi yang tidak merata di semua region dan semua negara,” kata Sri pada konferensi pers APBN Kita, Rabu (25/8/2021).
Penyebaran varian Delta ini, lanjutnya, memicu peningkatan kasus dan kematian akibat Covid-19 meningkat di level global. Imbasnya, sejumlah negara yang mengalami perbaikan pertumbuhan ekonomi, kini harus melakukan pembatasan mobilitas bahkan lockdown.
Kemudian, terdapat kompeksitas baru yang terjadi di negara-negara yang mengalami rebound perekonomian khususnya di kuartal II/2021. Sri mengatakan perbaikan pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut dibarengi oleh kenaikan harga-harga atau inflasi yang tinggi seperti di AS dan beberapa negara di Eropa.
“Ini adalah perkembangan yang akan terus menimbulkan dinamika dalam mengelola ekonomi dan tentu berimplikasi pada APBN,” jelasnya.
Awalnya, kata dia, negara-negara G20 dan Asean, termasuk Indonesia, mencatat rebound pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2021. Tren positif terlihat di berbagai indikator seperti pertumbuhan PMI Manufaktur yang solid di 55,4 pada Juli 2021. Sri menuturkan kuatnya kinerja ekonomi AS dan Eropa, serta PMI global yang berada di zona ekspansi selama 13 bulan berturut-turut.
Lalu, Baltic dry index berada pada level tinggi dengan semakin banyaknya negara mengalami pembukaan perbatasan atau reopening. Selain itu, Menkeu mengungkapkan harga komoditas primer juga terkerek naik, misalnya crude palm oil (CPO), batu bara, dan nikel di Indonesia.