Bisnis.com, JAKARTA – Program Electrifying Agriculture yang dijalankan PT PLN (Persero) terbukti mampu meningkatkan omzet petani buah naga di Mojokerto, Jawa Timur, hingga tiga kali lipat.
Electrifying Agriculture merupakan salah satu program yang dilaksanakan PLN untuk mendorong petani memanfaatkan teknologi guna meningkatkan produktivitas pertaniannya melalui energi listrik.
Pemanfaatan energi listrik di program tersebut diharapkan mampu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman pertanian. Selain itu, Electrifying Agriculture juga diharapkan mampu mempermudah pengolahan infrastruktur pendukung pertanian, peternakan, dan perikanan.
Total akan ada 54 Program Electrifying Agriculture yang tersebar di beberapa wilayah kerja PLN se-Indonesia (Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) dengan alokasi anggaran sebesar Rp 4,8 miliar.
General Manager PLN UID Jawa Timur, Adi Priyanto memaparkan, PLN menawarkan berbagai program kemudahan untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Mojokerto. Dia pun menyambut positif sektor pertanian yang telah menggunakan Electrifying Agriculture.
“Saat ini kami memiliki potensi 480 pelanggan sektor pertanian, yang terdiri dari sumur sawah, bawang, hidroponik, kebun naga, dan kandang ayam dengan total daya 2,14 MVA,” katanya dikutip Minggu (15/8/2021).
Adi menuturkan, selain dimanfaatkan oleh petani buah naga, Electrifying Agriculture juga dimanfaatkan oleh petani bawang dan tanaman hidroponik, hingga pemanfaatan pompa untuk irigasi persawahan dan tambak udang.
Dengan total 690 pelanggan Electrifying Agriculture, konsumsi daya untuk program ini di Mojokerto telah mencapai 1.917.000 kVA.
Sementara itu, Agus Mulyohadi, seorang petani buah naga di Pacet, Mojokerto, mengaku senang karena keuntungannya bisa naik hingga tiga kali lipat sejak memanfaatkan listrik PT PLN (Persero) melalui program Electrifying Agriculture.
Sebelum menggunakan lampu untuk penerangan di kebun, Agus panen satu kali setahun, yaitu sekitar November–Desember. Hasil panennya pun hanya sekitar 20 ton dari lahan seluas 4,5 hektare.
Panen yang terjadi bersamaan dengan para petani lain membuat suplai buah naga melimpah dan harga anjlok. Buah naga saat musim panen dijual dengan harga Rp3.000–Rp5.000 per kilogram.
Dengan menggunakan lampu, tanaman buah naga dapat menjalani proses fotosintesis selama 24 jam. Hal inilah yang membuat buah naga di kebunnya dapat dipanen sepanjang tahun, dengan hasil panen bisa mencapai 60 ton.
“Untuk harga kisaran Rp10.000–Rp25.000 per kilogram karena di luar musim,” cerita Agus.
Meski ada investasi yang harus dikeluarkan di awal pemakaian, namun Agus memastikan bahwa biaya itu masih lebih rendah dari hasil penjualan buah naga.
“Dari pengalaman ini, saya menyarankan para petani buah naga supaya pakai lampu agar bisa memaksimalkan hasil produksinya,” imbuhnya.