Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan dari sektor industri di dalam negeri guna menambah kontribusi pengembangan skala besar untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan pengembangan EBT skala besar turut dilakukan melalui program Renewable Energy-Based Industry Development (REBID) dengan total potensi 50 GW. Program REBID ini dicanangkan melalui integrasi antara sisi suplai dan sisi demand untuk menciptakan pertumbuhan industri.
"Seperti pemanfaatan PLTA skala besar yang terintegrasi dengan kawasan industri, sehingga dapat menciptakan sinergi antara pengembangan EBT dengan wilayah ekonomi. Ke depannya, memang industri-industri ini pasti mensyaratkan hasil produk industrinya yang memanfaatkan energi bersih," ujar Arifin seperti dikutip dalam keterangan resminya, Rabu (10/8/2021).
Adapun, dalam Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) Kementerian ESDM memetakan rencana penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 38 GW, hingga tahun 2035, melalui upaya percepatan substitusi energi primer atau final, konversi energi primer fosil, penambahan kapasitas EBT, dan pemanfaatan EBT non listrik atau non BBN.
Pengembangan energi surya akan menjadi prioritas pemerintah karena nilai investasinya yang semakin kompetitif, murah , da lebih efisien. Dalam memprioritaskan pengembangan PLTS, Indonesia bertumpu pada tiga program yang tengah berjalan, yakni PLTS Rooftop, PLTS Skala Besar di area bekas tambang dan lahan non-produktif, serta PLTS Terapung
"PLTS Atap kita memiliki banyak potensi, dari gedung pemerintah, bangunan dan fasilitas milik BUMN, industri dan bisnis rumah tangga. Kami mempunyai target di tahun 2030, kita harus sudah bisa memasang sampai 3,6 GW. Sementara itu, untuk pengembangan PLTS Skala Besar, Pemerintah telah menetapkan target sebesar 5,34 GW," jelasnya.
Baca Juga
Saat ini, Indonesia juga tengah membangun PLTS Terapung berkapasitas 145 MW di Waduk Cirata yang ditargetkan dapat beroperasi pada November 2022.
"PLTS Terapung ini, dari hari ke hari menunjukkan tingkat competitiveness yang semakin tinggi. Tentu saja kita harapkan jenis-jenis PLTS Terapung ini akan terus berkembang dan kemudian kita juga bisa memanfaatkan seluruh waduk-waduk, baik yang memiliki PLTA maupun yang tidak. Kita punya potensi sampai 12 GW di 28 PLTA eksisting dan di waduk atau danau dengan potensi 28 GW di 375 lokasi," pungkasnya.