Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chandra Asri Yakin Proyek CAP 2 Bakal Penuhi 70 Persen Kebutuhan Domestik

Dengan tambahan kapasitas pabrik CAP 2, perseroan optimistis akan membalikkan kondisi dan mampu memenuhi 70 persen kebutuhan tersebut.
Ilustrasi pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Ilustrasi pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. berharap pengembangan pabrik Chandra Asri Perkasa (CAP) 2 dapat mengurangi ketergantungan terhadap produk petrokimia impor pada 2026.

Direktur Sumber daya Manusia dan Urusan Korporat sekaligus Sekretaris Perusahaan Chandra Asri Suryandi mengatakan bahwa saat ini Indonesia masih mengimpor 60 persen dari kebutuhan produk petrokimia.

Dengan tambahan kapasitas pabrik CAP 2, perseroan optimistis akan membalikkan kondisi dan mampu memenuhi 70 persen kebutuhan tersebut. Adapun, salah satu produk yang akan dihasilkan CAP 2, yakni nafta cracker.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pernah mencatat, nafta cracker dari produksi pabrik domestik saat ini baru mencapai 900.000 ton per tahun, sedangkan permintaan dalam negeri sebanyak 1,6 juta ton.

“Secara keseluruhan impor produk petrokimia 60 persen. Kami menghitung CAP 2 pada 2026 nanti akan mampu memenuhi di atas 70 persen kebutuhan yang rata-rata meningkat 6 persen per tahun. Jadi kita tidak akan bergantung impor lagi,” katanya dalam jumpa media, Selasa (10/8/2021).

Suryandi pun optimistis angin positif masih akan berhembus hingga akhir tahun di tengah adanya gelombang Covid-19. Pasalnya, permintaan di hilir, khususnya untuk plastik kemasan dan terkait kesehatan masih kuat.

Untuk pengembangan CAP 2, perseroan juga baru saja memilih Thai Oil Public Company Limited (Thaioil) sebagai investor strategis. Pembangunan kompleks petrokimia terintegrasi itu juga akan memiliki sejumlah unit produksi, mulai dari cracker, polymerized olefins, serta fasilitas dan utilitas terkait.

Secara keseluruhan investasi di CAP2 diproyeksikan mencapai US$5 miliar dengan waktu konstruksi hingga 5 tahun ke depan. Melalui pabrik baru itu juga perseroan akan menciptakan 25.000 lapangan pekerjaan baru.

“Kami akan menggandakan kapasitas produksi perseroan dari saat ini 4,2 juta ton per tahun, menjadi lebih dari 8 juta ton per tahun. Hal ini tentu juga akan mengungkit pengembangan industri petrokimia hilir lokal,” ujar Suryandi.

Sementara itu, masih mengutip data Kemenperin, industri petrokimia saat ini menjadi salah satu subsektor industri yang memiliki kontribusi besar terhadap impor bahan baku.

Rata-rata setiap tahunnya nilai impor bahan baku kimia mencapai US$20 miliar, atau 30 persen terhadap total impor bahan baku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper