Bisnis.com, JAKARTA – Lion Air Group mengeklaim telah bernegosiasi dengan semua mitra lessor dengan progres 90 persen yang mencapai kesepakatan serta solusi terbaik dalam mengurangi tekanan finansial selama masa pandemi Covid-19.
Corporate Communication Strategic Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro menjelaskan salah satu adaptasi yang dilakukan dan berdampak ke bisnis maskapai saat ini adalah restrukturisasi dengan mitra. Dia mengharapkan dengan melakukan hal tersebut, perbaikan dan optimalisasi kinerja dapat dilakukan.
Selain itu, Danang juga menyebutkan dengan mayoritas negosiasi yang telah disepakati bisa memberikan dampak lebih efisien serta mampu menyesuaikan kapasitas angkut penumpang dan kargo. Tentunya, sambungnya, kesuksesan restrukturisasi juga bisa mendukung operasional dan kinerja Lion Air Group karena mengalami penurunan biaya.
“Lion Air Group sudah melakukan negosiasi dengan semua mitra, 90 persen ada kesepakatan serta solusi terbaik ditengah masa waspada pandemi Covid-19. Menurut hemat kami hal ini tepat dan menjadi salah satu solusi terbaik, mengingat kondisi pasar yang ada saat ini mengalami penurunan sehingga perlu mengurangi jumlah pesawat udara,” ujarnya melalui siaran pers dikutip, Senin (9/8/2021).
Meski demikian, maskapai milik Rusdi Kirana tersebut juga menghormati berbagai sikap yang diambil oleh mitranya atas keputusan berdasarkan prosedur dan ketentuan berlaku sejalan mengutamakan asas profesionalitas bisnis (corporate to corporate) yang telah terjalin selama ini.
Selama ini Lion Group mengoperasikan pesawat udara melalui dua skema atau pola. Pertama, yakni finance lease atau sewa beli. Kedua, operating lease, yaitu sewa pesawat udara.
Baca Juga
Berdasarkan negosiasi yang telah dilakukan, dari sebanyak 299 pesawat udara yang dioperasikan baik skema finance lease maupun operating lease, terdapat 6 pesawat yang dikirim ke Alice Spring, Australia, lokasi yang disepakati bersama lessor.
Sebelumnya, dalam laporan yang diterbitkan oleh Debtwire, progres negosiasi dan restrukturisasi yang tengah dilakukan oleh Lion Air Group bersama dengan pihak penyewa atau lessor menimbulkan tanda tanya besar dengan adanya dalih yang diajukan berupa kerahasiaan perjanjian.
Debtwire menyebut pembicaraan restrukturisasi yang dilakukan Lion Air sangat tidak jelas. Menurut sumber Debtwire tersebut maskapai nasional tersebut bernegosiasi dengan kreditornya secara individual. Selanjutnya, Lion Air Group juga menyampaikan kepada lessor bahwa pihaknya telah menyelesaikan langkah yang sama dengan kreditur lainnya.
Namun, dengan alasan menjaga kerahasiaan dari perjanjian, Lion juga tidak dapat membeberkan persyaratan restrukturisasi dari kesepakatan yang telah dicapai tersebut.
“Strategi yang digunakan Lion Air adalah Divide and Conquer. Sehingga tidak ada lessor yang tahu kesepakatan apa untuk yang lain dan sementara Lion sendiri mengatakan telah mencapai kesepakatan,” ujar sumber Debtwire.
Salah satu mitra Lion Air juga disebut telah memiliki sekitar 14 pesawat yang disewakan kepada Lion Group. Lessor tersebut telah menyatakan harus dibayar penuh untuk jumlah yang jatuh tempo berdasarkan kewajiban sewa. Di sisi lain Lion Air juga diyakini telah menandatangani perjanjian bilateral dengan lessor lain yang meliputi nilai pembayaran sewa yang lebih rendah.
Tak hanya itu, pembayaran dari Lion Air tersebut juga tampaknya menyetujui biaya cadangan pemeliharaan atau maintenance reserves.
Seperti diketahui, Goshawk dengan setidaknya 5 lessor lainnya juga telah mengajukan proses pengadilan kepada Lion Group di London pada 24 Juli tahun lalu. Berdasarkan catatan pengadilan Inggris, dengan serangkaian perintah yang dibuat oleh Justice Moulder dan Justice Henshaw antara 23 November 2020 dan 4 Mei 2021.
Holman Fenwick Willan mewakili Goshawk dalam masalah ini, sedangkan Stephenson Harwood menjadi penasihat yang mewakili Lion Group.