Bisnis.com, JAKARTA - Pemilik TikTok, ByteDance Ltd. kembali merencanakan initial public offering (IPO) di Hong Kong pada awal tahun depan ketika otoritas China memperketat pengawasan terhadap perusahaan teknologi negara itu.
Dilansir Bloomberg, Minggu (8/8/2021), menurut tiga sumber yang mengetahui masalah ini, IPO itu dapat dilakukan pada kuartal berikutnya atau pada awal 2022.
Perusahaan menolak berkomentar. Secara terpisah, China's 21st Century Business Herald mengatakan bahwa rencana itu dibantah ByteDance.
ByteDance telah berupaya mengatasi masalah keamanan data yang diangkat oleh regulator China. Perusahaan itu sedang melalui proses peninjauan dan telah mengajukan pengajuan ke otoritas China, dan panduan akhir diharapkan dari ByteDance pada September.
Pada Juli, Dow Jones melaporkan bahwa ByteDance menunda tanpa batas waktu rencananya untuk listing di luar negeri awal tahun ini, setelah pejabat pemerintah memintanya untuk fokus menangani risiko keamanan data.
Laporan tentang IPO ByteDance yang dihidupkan kembali datang pada saat yang menegangkan bagi perusahaan teknologi China. Bulan lalu, Presiden Xi Jinping meluncurkan reformasi regulasi yang menargetkan sektor teknologi pendidikan senilai US$100 miliar, mendorong aksi jual yang pada satu titik menghapus US$1,5 triliun dari saham China.
Baca Juga
Peningkatan pengawasan resmi terhadap salah satu sektor teknologi China yang luas itu terjadi setelah Beijing mengusulkan aturan baru yang memerlukan tinjauan keamanan siber untuk hampir semua perusahaan yang ingin melantai di bursa luar negeri.
Sejak Juli, pemerintah China telah secara efektif membekukan listing di luar negeri untuk menjaga keamanan data setelah IPO kontroversial senilai US$4,4 miliar dari perusahaan Didi Global Inc.
Pejabat juga mengejutkan investor dengan pedoman baru yang memerintahkan perusahaan pengiriman makanan online untuk memastikan bahwa pekerja mendapatkan setidaknya upah minimum lokal.
Meningkatnya pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi China telah menyebabkan kecemasan tentang kebijakan selanjutnya Presiden Xi Jinping.
Pekan lalu, Tencent Holdings Ltd., perusahaan paling berharga di China, memimpin pelemahan saham setelah media pemerintah China mengecamn game online yang menyebabkan candu.