Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Usaha Sambut Perpanjangan PPN DTP, Pengembang Besar Paling Untung

Asosiasi Real Estat Indonesia (REI) mendata penjualan rumah tapak dan rumah susun (rusun) pada semester I/2021 mencapai Rp2 triliun. Realisasi penjualan tersebut dinilai merupakan hasil penerapan PPN DTP tersebut sejak Maret 2021.
Foto ilustrasi perumahan. / Bisnis Rahman
Foto ilustrasi perumahan. / Bisnis Rahman

Bisnis.com, JAKARTA - Perpanangan masa insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk pembelian rumah tapak dan unit rumah susun disambut positif oleh pelaku usaha. Kebijakan tersebut dianggap akan menjaga masa perbaikan industri properti akibat pandemi.

Asosiasi Real Estat Indonesia (REI) mendata penjualan rumah tapak dan rumah susun (rusun) pada semester I/2021 mencapai Rp2 triliun. Realisasi penjualan tersebut dinilai merupakan hasil penerapan PPN DTP tersebut sejak Maret 2021.

"Perkiraan kami kalau [PPN DTP] perpanjang lagi [sampai akhir tahun] bisa tambah Rp2 triliun lagi," kata Wakil Ketua Umum Bidang Tata Ruang dan Pengemabangan Kawasan REI Hari Ganie kepada Bisnis, Minggu (8/8/2021).

Dengan kata lain, total penjualan industri properti sepanjang 2021 dapat mencapai sekitar Rp4 triliun. Hal tersebut termasuk hl yang positif lantaran penjualan properti pada 2020 telah anjlok 31,8 persen, sedangkan subsektor merosot hingga 50-60 persen.

Hari menyampaikan realisasi penjualan rumah pada semester I/2021 didominasi pada segmen Rp300 juta sampai Rp2 miliar atau mencapai 80 persen. Namun demikian, mayoritas nilai penjualan tersebut dimiliki oleh pengembang besar.

Pasalnya, lanjut Hari, insentif PPN DTP hanya berlaku dengan syarat rumah atau unit rusun yang akan dijual sudah tersedia. Sementara itu, umumnya hanya pengembang besar yang memiliki stok properti siap jual.

Adapun, beberapa pengembang besar yang pengembang besar yang dimaksud Hari adalah Sinarmas Land, PT Summarecon Agung Tbk., dan PT Ciputra Development Tbk. Hari menyampaikan ketersediaan unit siap jual tersebut biasanya didapatkan dari perlambatan penjualan saat masa penjualan perdana.

Hari mengatakan pengembang dapat menjual sekitar 60-70 persen dari total stok tersedia saat penjualan perdana. Namun demikian, sekitar 30-40 persen sisa stok tersebut umumnya masih tersedia setelah masa penjualan perdana berakhir.

Selain ketersediaan unit siap jual, Hari berujar pengembang besar memilii bank tanah yang luas. Menurutnya, pengembang besar dapat dengan cepat memanfaatkan bank tanah tersebut untuk meningkatkan ketersediaan unit siap jual.

Di samping itu, Hari menilai pengembang besarjuga telah leih siap dalam menghadapi pandemi dengan menggunakan sistem penjualan digital. Calon pembeli dapat mengunjungi rumah yang mau dibeli dan memeriksa fasilitas permukiman secara virtual.

"Pengembang menengah tidak siap, mereka kalah cepat dalam memanfaatkan [teknologi untuk] kondisi seperti ini. Saya kemarin ketemu dengan pengembang yang main di [segmen] di bawah Rp1 miliar, penjualannya turun karena masyarakat masih takut datang ke [lokasi] proyek," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper