Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PMI Manufaktur Kontraksi, Ini Sektor Paling "Ngedrop" Versi Pelaku Industri

IHS Markit melaporkan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Juli mengalami kontraksi hingga berada pada posisi 40,1.
Ilustrasi proyek konstruksi. /Kementerian PUPR
Ilustrasi proyek konstruksi. /Kementerian PUPR

Bisnis.com, JAKARTA — Industri kimia menyebut permintaan sejumlah sektor hilir telah melandai sejak beberapa pekan terakhir ini.

Seiring dengan hal itu, hari ini IHS Markit melaporkan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Juli mengalami kontraksi hingga berada pada posisi 40,1. Sebelumnya, selama delapan bulan berturut-turut mencatatkan posisi PMI Manufaktur selalu di atas poin 50 atau berada pada level ekspansif.

Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Anorganik (Akida) Michael Susanto Pardi mengatakan pelemahan permintaan dan produksi periode Juli memang terasa sekali. Menurutnya sektor yang masih memiliki permintaan masih baik hanya datang dari yang berkaitan dengan makanan dan minuman.

Selain itu secara keseluruhan permintaan sektor hilir hampir melandai, apalagi dari sektor terkait otomotif dan infrastruktur.

"Mungkin otomotif memang pemicu tinggi dan landainya PMI karena saya juga amati sektor properti dan infrastruktur banyak yang terhenti pada Juli lalu. Prediksi saya dan rekan-rekan kontraksi akan terjadi sepanjang kuartal III/2021 ini dan harapannya kuartal IV/2021 mulai naik," katanya kepada Bisnis, Senin (2/8/2021).

Michael menyebut meski demikian jika kuartal IV/2021 permintaan dan produksi naik maka belum akan secara 100 persen atau hanya 50 persen.

Namun, jika kuartal IV/2021 kondisi belum terkendali maka secara pertumbuhan industri tahun ini akan mengkhawatirkan karena bisa jadi akan lebih rendah dari tahun lalu.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya juga menyebut sektor otomotif berhasil menjadi pemicu pendapatan rekor ekspansif PMI yang tinggi sejak Maret 2021 lalu. Geliat sektor tersebut pun terjadi karena adanya kebijakan relaksasi PPnBM.

Sementara itu, saat ini pelaku usaha harus menghadapi situasi PPKM yang membuat pabrik tidak bisa beroperasi dengan penuh. Namun, Agus memastikan pesanan masih dapat terpenuhi. 

"Saat ini mereka masih bisa memenuhi pesanan dan menjalankan aktivitas produksi meski tidak dengan kapasitas penuh. Beberapa hari terakhir, saya melihst angka kesembuhan Covid-19 juga sudah terus membaik. Saya yakin kita bisa mengendalikan ini dan industri bisa full capacity segera," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper