Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan akan fokus menerapkan dua teknologi jalan tol hingga 2022.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan Intelligent Toll Road System atau Tollroad 4.0 akan menjadi fitur pengoperasian jalan tol di masa depan. Adapun, teknologi awal yang akan diimplementasikan di jalan tol domestik adalah sistem transaksi nirsentuh berbasis multi lane free flow (MLFF).
Seperti diketahui, PT Roatex Indonesia Tollroad System (RITS) sedang melakukan penjajakan dengan sebagian Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) terkait implementasi teknologi tersebut. Walakin, Basuki berujar pemerintah akan menerapkan teknologi lain pada saat yang bersamaan.
"Saya ingin menegaskan kembali hasil kesepakatan bersama antara Menteri Perhubungan, Menteri Perindustrian dan Menteri PUPR pada rapat 24 Februari 2020 silam, bahwa kendaraan yang over dimension – overload atau kendaraan ODOL tidak diperbolehkan beroperasi di jalan tol mulai 1 Januari 2023," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (29/7/2021).
Basuki menyampaikan teknologi yang akan digunakan untuk mendukung kebijakan tersebut adalah teknologi pemantauan kendaraan berat atau Weight in Motion (WIM). Sejauh ini, implementasi teknologi tersebut sedang dalam masa percobaan di beberapa ruas jalan tol.
Basuki mengatakan teknologi WIM tersebut akan terhubung dengan sistem penegakan hukum elektronik atau Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) yang dioperasikan oleh Korlantas Polri. Dengan kata lain, pemberian sanksi akan dilakukan secara otomatis melalui sistem.
Baca Juga
Sementara itu, Basuki berujar penerapan teknologi MLFF secara penuh akan berlaku pada 2023. Dengan demikian, implementasi teknologi MLFF dan WIM akan efektif berlaku bersamaan pada 2023.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit mengatakan perusahaan akan cukup banyak memperkenalkan teknologi jalan tol sepanjang 2021. Menurutnya, interoperabilitas akan menjadi satu aspek yang didorong dalam implementasi teknologi tersebut.
Pengenalan teknologi yang dimaksud Danang masih dalam tahap uji coba dan konstruksi. Kelima teknologi tersebut adalah sistem transaksi tol nontunai nirsentuh (TTNN), weight in motion (WIM), kecerdasan buatan untuk prediksi lubang dan retak, building information modelling (BIM), dan teknologi uji gas emisi.
Danang menjelaskan teknologi multi-lane free flow (MLFF) akan menjadi fondasi teknologi jalan tol lainnya pada masa depan. Dengan kata lain, teknologi WIM akan dipasangkan di dalam teknologi MLFF.
MLFF adalah proses pembayaran tol tanpa berhenti yang berarti pengguna jalan tol tidak harus menghentikan kendaraannya di gerbang tol. Hal ini dapat terlaksana jika perilaku pengguna jalan tol sudah terbiasa dengan pembayaran dengan nontunai.
Sementara itu, WIM adalah teknologi yang dapat menentukan volume dan dimensi kendaraan logistik di jalan tol. Teknologi yang dimaksud adalah kamera bersensor dan pelat bersensor.
Selama uji coba WIM, setiap beban kendaraan yang melintas bisa langsung teridentifikasi. Bagi kendaraan yang melebihi tonase yang berlebih atau overload akan diberikan tiket khusus yang mengharuskan kendaraan dimaksud untuk keluar tol melalui gerbang tol terdekat.
"WIM ini untuk [menentukan] ukuran dan berat kendaraan yang apabila melanggar akan dikenakan tarif lebih atau dikeluarkan dari jaringan jalan tol. [Teknologi WIM] ini sedang uji coba dan pada Maret [2021] kami sudah mendapatkan data pertama untuk spesifikasi selanjutnya dan dipasang di seluruh Indonesia," katanya.