Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai imbas dari perpanjangan PPKM, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 diperkirakan berada di kisaran 2,5 sampai dengan 3,5 persen.
“Potensi dari ketidakpastian ekonomi ini menghambat kembali pemulihan ekonomi sehingga pertumbuhannya tidak bisa tinggi, apalagi mencapai seperti yang diprediksikan pemerintah,” jelas Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal pada CORE Midyear Review 2021 secara virtual, Selasa (27/7/2021).
Adapun, pemerintah memproyeksikan ekonomi sepanjang 2021 bisa tumbuh di kisaran 3,7 persen-4,5 persen.
Meski begitu, Faisal menuturkan proyeksi ekonomi oleh CORE tidak terlalu rendah karena basis pertumbuhan dari 2020 yang rendah serta kinerja ekspor yang mengalami tren surplus dalam 14 bulan.
“Ada dua faktor. Pertama, karena tahun lalu basis kita sudah minus sehingga secara year-on-year (yoy) potensi untuk meningkat lebih besar. Kedua, dari ekspor yang tumbuh luar biasa dan meredam kontraksi atau perlambatan pada sisi konsumsi rumah tangga,” jelasnya.
Sementara itu, Faisal menyebutkan pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2021 diperkirakan akan berada di level 4,5 persen-5,5 persen. Proyeksi tersebut lebih rendah dari yang dimiliki oleh pemerintah, yang optimistis bisa mencapai 7 persen.
Setelah pertumbuhan positif di kuartal II/2021, pertama kali sejak kuartal II tahun sebelumnya, Faisal mengatakan faktor situasi dalam dan luar negeri kembali menyebabkan ketidakpastian pada pertumbuhan ekonomi di kuartal III dan IV.
Maka itu, kisaran pertumbuhan di kedua kuartal pada semester II/2021 tersebut menjadi lebih lebar. Faisal memperkirakan ekonomi kuartal III dan IV 2021 dapat tumbuh di kisaran 3,0 sampai dengan 4,5 persen.
“Tapi yang jelas lebih rendah dibandingkan dengan kuartal keII/2021,” pungkasnya.