Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan akan mendorong utilisasi industri perakitan laptop di dalam negeri. Hal tersebut bertujuan agar ekosistem industri laptop nasional dapat terbentuk lebih baik lagi.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan industri perakitan laptop di dalam negeri dapat memproduksi 1—2 juta laptop di dalam negeri.
Adapun, pangsa pasar laptop besutan domestik baru mencapai sekitar 5 persen dari pangsa pasar laptop nasional, atau sekitar 150.000 unit.
“Dengan adanya dukungan Kemendikbud, laptop yang bisa dirakit di dalam negeri bisa sampai 400.000 unit. Kalau bisa [produksi] sampai titik 1—2 juta unit laptop di dalam negeri, maka akan mendorong original design manufacturer semakin tertarik untuk memperkuat ekosistem [industri] laptop di Indonesia,” katanya dalam konferensi pers, Kamis (22/7/2021).
Agus menyatakan, pihaknya memperluas pangsa Kemendikbud ke pemerintah daerah agar dapat menyerap laptop lokal. Menurutnya, kepastian pasar dapat menarik industri mechanical design industri laptop di dalam negeri.
Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi mendata Kementerian Pendidikan dan Kebudayan berencana untuk membeli 189.570 unit laptop buatan industri lokal pada tahun ini. Secara total, Kemendikbud berencana untuk membeli 1,31 juta unit laptop selama 2021—2024.
Sejauh ini, seluruh pembelian tersebut akan berasal dari enam pabrikan laptop lokal, yakni PT Zyrexindo Mandiri Buana, PT Tera Data Indonusa, PT Supertone, PT Evercross Technology Indonesia, PT Bangga Teknologi Indonesia, dan Acer Manufacturing Indonesia. Seluruh pabrikan tersebut telah memiliki tingkat komponen dalam negeri lebih dari 25 persen.
Pada Juli—November 2021, keenam pabrikan tersebut mampu memproduksi 718.000 unit laptop. Dengan kata lain, perlu ada permintaan hingga 528.430 agar seluruh produk tersebut terserap di dalam negeri.
Kemenperin mendata jumlah permintaan laptop pada 2019 mencapai 3,05 juta unit dengan komposisi laptop impor mendominasi hingga 95 persen. Adapun, rata-rata nilai impor laptop selama 2016—2020 mencapai US$1 miliar per tahun.
“Ini akan jadi perhatian kami agar produk-produk dalam negeri bisa jadi tuan rumah,” ucapnya.
Agus berujar, salah satu yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pangsa pasar laptop lokal adalah meningkatkan utilisasi pabrikan laptop domestik. Menurutnya, saat ini utilisasi enam pabrikan laptop di dalam negeri baru mencapai 15—20 persen.
Selain itu, keenam produk tersebut telah memiliki TKDN terendah di level 40,57 persen. Dengan kata lain, kementerian dan lembaga pemerintah wajib membeli laptop tersebut dalam kegiatan pengadaan barang.
“Apabila penerapan P3DN [Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri] ini bisa tegas dan konsisten, itu bisa bantu program substitusi impor 35 persen sampai 2022,” ujarnya.