Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai rendahnya tingkat penyerapan kredit korporasi terjadi seiring dengan kondisi yang memaksa sektor perbankan untuk masih berhitung cukup alot mengenai risiko pinjaman.
"Sebab, uang yang dipakai adalah milik bank. Mengingat kondisi saat ini, bank masih akan sangat memperhitungkan risiko jika ingin menyalurkan kredit kepada korporasi yang terdampak pandemi," ujar Hariyadi, Kamis (22/7/2021).
Menurutnya, perusahaan-perusahaan yang tidak terdampak oleh pandemi Covid-19 justru menikmati kredit korporasi dari perbankan mengingat risiko yang ditanggung oleh pemberi pinjaman kecil. Sementara itu, lanjut Hariyadi, untuk perusahaan yang terdampak hampir tidak ada yang mendapatkan kredit korporasi.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kinerja kredit modal kerja di Tanah Air mengalami pertumbuhan negatif sejak 2020. Sampai dengan Maret 2021, kredit modal kerja yang tersalurkan senilai Rp2.465 triliun atau tumbuh negatif sebesar -3,8 persen secara month-to-month.
Selain itu, kredit investasi juga mengalami pertumbuhan negatif sejak 2020. Pada Maret 2021, kredit investasi di Tanah Air senilai Rp1.461 triliun atau tumbuh negatif sebesar -2,4 persen secara month-to-month.
Dalam kondisi luar biasa seperti sekarang, konsentrasi perbankan lebih fokus untuk menjaga kualitas kredit ketimbang menurunkan suku bunga rendah. Hal itu tecermin dari lelang Surat Utang Negara (SUN) yang mencapai Rp90 triliun, sebagian berasal dari bank karena perbankan ingin mencari aman dengan membeli instrumen daripada menyalurkan kredit.
"Kita jangan bias dengan masalah dampak ekonominya, karena pandeminya belum bisa ditangani dengan benar. Jadi, sampai kapanpun ini tidak akan selesai kalau pandeminya belum tertangani," tegasnya.