Bisnis.com, JAKARTA — Industri elektronik berharap relaksasi produksi jika PPKM Darurat Jawa-Bali diperpanjang.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronika Daniel Suhardiman mengatakan saat ini situasi memang cukup dilematis. Sektor yang masuk pada kelompok kritikal hanya sedikit sekali.
"Kami kebanyakan di esensial yang ada ekspornya, jadi utilisasi selama PPKM Darurat rerata di bawah 30–40 persen karena untuk permintaan pemenuhan dalam negeri tidak diperkenankan," katanya kepada Bisnis, Senin (19/7/2021).
Daniel pun berharap idealnya untuk produksi ekspor diberikan kelonggaran seperti kelompok kritikal yang bisa berjalan 100 persen. Sementara untuk pemenuhan produksi dalam negeri bisa dipenuhi oleh 50 persen staf produksi.
Bagi Daniel angka ideal tersebut pun sebenarnya sudah dalam jalur pengurangan mobilitas karyawan yang cukup tinggi.
Menurut Daniel, pemerintah tidak perlu khawatir karena setiap pabrikan elektronika pasti mengutamakan kesehatan dan keselematan setiap karyawan.
"Kami juga betul-betul menjalankan protokol kesehatan Covid-19 secara tuntas," ujarnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigerasi Indonesia (Perprindo) Andy Arif Widjaja mengatakan awalnya tahun ini industri menargetkan pertumbuhan berkisar 5 persen. Namun, dengan kembalinya gelombang Covid-19 awal paruh kedua ini kemungkinan akan sulit mencapai angka tersebut.
Sementara tahun lalu, Andy menyebut pertumbuhan industri hanya berkisar 2 persen dari target awal tahun 10-15 persen.
"Saat ini beberapa anggota kami memang ada yang ekspor tetapi pasar ekspor juga berdampak dan membuat proses produksi juga tidak bisa maksimal sekarang," katanya.
Adapun, Kementerian Perindustrian berharap kebijakan PPKM Darurat yang telah dijalankan tidak akan signifikan memengaruhi kinerja pabrikan. Apalagi jika PPKM Darurat harus belanjut, industri diharapkan sudah lebih kuat dengan adanya program vaksinasi yang terus berjalan.
Kepala Biro Perencanaan Kemenperin Andi Rizaldi mengatakan sejauh ini utilisasi industri manufaktur masih bisa dipertahankan di atas 60 persen. Sejalan dengan hal tersebut program vaksinasi yang terus berjalan diharapkan dapat membuat pabrikan lebih dapat bertahan.
"Apalagi manufaktur identik dengan padat karya, sejumlah kawasan industri juga sudah melaksanakan vaksin gotong royong atau kerjasama dengan pemerintah daerah untuk pemberian vaksin pada karyawan," katanya kepada Bisnis, Senin (19/7/2021).