Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Covid-19, Mustika Ratu (MRAT) Serbu Pasar dengan Obat Herbal

Mustika Ratu (MRAT) ke depan masih akan fokus meraih peluang pasar obat tradisional Indonesia. Hal itu mengingat saat ini Indonesia masih menduduki rangking kedua untuk biodiversitas dengan lebih dari 40.000 spesies tanama dan 30.000 tanaman obat.
Suplemen Herbamuno+, salah satu produksi PT Mustika Ratu Tbk. (MRAT) yang merupakan produk imunomodulator./Istimewarn
Suplemen Herbamuno+, salah satu produksi PT Mustika Ratu Tbk. (MRAT) yang merupakan produk imunomodulator./Istimewarn

Bisnis.com, JAKARTA — PT Mustika Ratu Tbk. (MRAT) merilis berbagai produk perawatan lengkap untuk menjaga imunitas masyarakat selama pandemi Covid-19.

Presiden Direktur Mustika Ratu Bingar Egidius Situmorang mengatakan perseroan mengelompokkan dalam tiga perawatan. Pertama, untuk perawatan preventif perseroan memiliki rangkaian produk pencegahan penyakit selama pandemi.

Produk tersebut di antaranya hand sanitizer, jamu ready to drink, pasta gigi, obat kumur antiseptik, dan rangkaian jamu.

Kedua, untuk perawatan adjuvan perseroan telah memiliki Herbamuno+ sebagai obat herbal yang 100 persen bahannya dari Indonesia.

"Saat ini untuk Herbamuno+ tengah menjalani persiapan uji klinis di RSDC Wisma Atlet. Produk ini mengandung bahan baku jahe emprit, meniran, sambiloto, akar manis, dan daun jambu mete yang di negara lain sudah terbukti menjadi obat bagi pasien Covid-19," katanya dalam diskusi virtual yang dikutip, Jumat (16/7/2021).

Ketiga, perseroan memiliki rangkaian perawatan pasca sembuh yang terdiri dari rangkaian jamu. Tak hanya itu, produk Herbamuno+ juga masih dapat di konsumsi pada kategori ini.

Bingar menyebut perseroan ke depan masih akan berfokus meraih peluang pasar obat tradisional Indonesia. Hal itu mengingat saat ini Indonesia masih menduduki rangking kedua untuk biodiversitas dengan lebih dari 40.000 spesies tanama dan 30.000 tanaman obat.

Sayangnya, dengan peluang itu Indonesia saat ini masih menduduki peringkat 19 dalam industri herbal atau obat tradisional di dunia karena nilai ekspornya yang masih kecil. Adapun peringkat tiga besar diisi oleh India, China, dan Belanda.

Tak hanya itu, Bingar mengatakan obat herbal saat ini setidak telah 90 persen menggunakan bahan baku yang dapat diambil dari dalam negeri. Hal itu, berbeda dengan obat farmasi kimia yang 90 persen masih harus impor.

"Pandemi juga telah mendorong industri herbal meningkatkan produksinya. Penjualan jamu dan obat herbal diproyeksi akan menyentuh angka Rp23 triliun pada 2025 yang tentu saja memberi harapan bagi pelaku industri di Indonesia," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper