Bisnis.com, JAKARTA—Kendati secara total neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus sepanjang semester I/2021, namun sektor migas mereduksi capaian kinerja ekspor dalam negeri sebesar US$5,7 miliar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari—Juni 2021, sektor migas mengalami defisit US$5,7 miliar. Defisit di sektor migas menggerus surplus pada sektor nonmigas yang mencapai US$17,56 miliar, sehingga secara total surplus yang dicatatkan adalah US$11,86 miliar.
Sektor migas secara konsisten mencatatkan defisit mulai dari Januari senilai US$668 juta, dan sempat berkurang pada Februari menjadi US$443 juta. Namun, defisit dari sektor migas melesat menjadi US$1,37 miliar pada Maret.
Catatan defisit neraca perdagangan dari sektor migas terus berlanjut pada April dengan realisasi US$1,06 miliar, Mei US$1,09 miliar, dan Juni senilai US$1,06 miliar.
BPS juga mencatat, nilai impor Indonesia pada Juni 2021 mencapai US$17,22 miliar, naik US$2,99 miliar atau 21,03 persen jika dibandingkan dengan Mei 2021. Hal tersebut disebabkan oleh naiknya impor migas senilai US$235,9 juta atau 11,44 persen, dan nonmigas US$2,75 miliar atau 22,66 persen.
Kenaikan nilai impor migas disebabkan oleh bertambahnya nilai impor minyak mentah yang mencapai US$489,5 juta atau naik 101,48 persen, namun impor hasil minyak dan gas turun 14,32 persen dan 23,57 persen.
Sepanjang semester I/2021 ini juga realisasi nilai impor migas mengalami peningkatan US$20,1 miliar atau 28,36 persen.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh bertambahnya impor migas senilai US$3,98 miliar atau 52,96 persen, sedangkan nonmigas mencapai US$16.119,2 juta atau sebesar 25,44 persen. Kenaikan impor migas tersebut dipicu oleh lonjakan impor minyak mentah senilai US$1,7 miliar atau 85,86 persen, hasil minyak naik US$2 miliar atau 47,85 persen, dan gas yang tumbuh US$287,1 juta atau 20,98 persen.