Bisnis.com, JAKARTA—Pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan tren masyarakat dalam memilih properti. Faktor kesehatan saat ini menjadi salah satu penentu bagi masyarakat dalam mengambil keputusan dalam memilih properti.
Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Novel Arsyad menilai bahwa generasi milenial memiliki kecenderungan untuk memiliki hunian yang lebih praktis dan tidak muluk-muluk.
“Perilaku mereka ini berbeda-beda, bagaimana mereka melihat kebutuhan yang serba praktis saja. Mereka enggak mau pusing-pusing untuk cari rumah dengan interior yang dikerjakan sendiri. Pemikiran mereka sudah berbeda dengan generasi sebelumnya,” ujarnya dalam Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/7/2021).
Pandemi Covid-19, kata dia, akan membawa perubahan perilaku konsumen khususnya di sektor properti. Dia menilai, konsumen memiliki kecenderungan untuk melirik properti dengan layanan kesehatan atau sanitasi yang mumpuni.
“Customer behaviour postpandemic sangat mempengaruhi bagaimana kita proyeksikan properti ke depan, baik apartemen, perkantoran, hotel, mal,” kata Novel.
Dia menuturkan, saat ini apartemen sedang tidak banyak peminat bila dibandingkan dengan rumah tapak. Modular house pun diprediksi akan menjadi konstruksi rumah tapak di masa mendatang.
“Saat ini sudah mulai kencang yang namanya residensial rumah sehat menjadi pilihan yang sangat luar biasa. Saat ini kebetulan kami juga memproses di salah satu bagian di Jakarta, di mana kami membuat landed house yang jumlahnya tidak terlalu banyak, dan keinginan customer lebih ke kepraktisan dan rumah sehat,” tuturnya.
Sejalan dengan fleksibilitas kerja yang bisa dilakukan secara remote, pasar serviced office dan coworking space diperkirakan akan menjadi alternatif. Ke depannya, hybrid office juga diperkirakan dapat menjadi alternatif lainnya.
Menurutnya, pandemi Covid-19 juga tampaknya mempengaruhi kesadaran konsumen untuk lebih mempertimbangkan penginapan ketika melakukan perjalanan jauh atau sekedar staycation.
Mayoritas wisatawan saat ini cenderung memilih akomodasi yang lebih luxury, seperti hotel bintang 3 ke atas, vila, atau resort yang dianggap lebih aman dengan penerapan protokol kesehatan ketat.
“Kecenderungan untuk masuk ke hotel bintang 4 ke atas itu makin besar, karena security dari sisi kesehatan mulai muncul. Mereka merasa lebih aman dengan protokol kesehatan hotel bintang 4 ke atas. Ini menjadi perhatian ke depan bagaimana kami melihat pasar itu,” ucapnya.