Bisnis.com, JAKARTA — Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat selama 10 tahun dari 2010 uang beredar di Indonesia yang tercermin dari produk domestik bruto (PDB) semakin banyak. Akan tetapi itu tidak sejalan dengan ketimpangan yang tergambarkan oleh rasio gini.
Researcher of Center of Food, Energy, adn Sustainable Development Indef Mirah Midadan mengatakan bahwa pada 2010, PDB per kapita Indonesia ada di angka sekitar Rp29 juta. Angkanya terus naik di 2019 menjadi Rp41 juta. Tahun lalu karena Covid-19 turun menjadi Rp39 juta.
“Tapi kalau kita lihat persentase PDB per kapita, ternyata tidak sebegitu membanggakan. Persentasenya tidak terus naik. Ada turunnya,” katanya pada diskusi virtual, Selasa (13/7/2021).
Mirah menjelaskan bahwa gini rasio pada 2011 ada di angka 0,042 persen lalu naik setahun kemudian menjadi 0,046 persen. Setelah itu terus turun hingga 2015 jadi 0,036 persen.
Setelah itu sempat naik dan tahun lalu merosot tajam ke minus 0,042 persen. Padahal, uang beredar yang tergambar dari PDB per kapita semakin naik.
“Asumsinya kalau PDB per kapita kita meningkat, asumsi kita ada peningkatan dari sisi konsumsi dan saving,” jelasnya.
Apabila dilihat dari rasio gini, terang Mirah, angkanya fluktuatif. Secara nasional pada 2011 di angka 0,390, nilainya naik turun setelahnya hingga pada 2020 di 0,385
“Ketimpangan antara desa dan kota tetap di juarai perkotaan. Memang kalau kita lihat tren, di kota turun cukup baik dari 2014 sampai 2019. Sedangkan di desa ketimpangan relatif stabil. Tapi secara nasional ketimpangan merangkak naik,” ucapnya.