Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia atau APBI meminta pemerintah mempertimbangkan prospek batu bara dalam menyusun rencana menuju target karbon netral.
Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif APBI mengatakan bahwa penyusunan rencana penghentian operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara bertahap memerlukan pertimbangan yang matang.
Meski begitu, APBI akan tetap menghormati keputusan yang akan diambil pemerintah terkait penghentian PLTU secara bertahap tersebut.
“Kami juga menyadari batu bara sewaktu-waktu akan cepat habisnya, tetapi dalam menyusun rencana karbon netral ini perlu pertimbangan yang matang,” katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Menurutnya, sumber cadangan batu bara Indonesia masih cukup potensial untuk dimanfaatkan di masa mendatang. Terlebih saat ini harga batu bara masih cukup tinggi.
“Dengan harga yang masih potensial, baik dalam bentuk ekspor maupun dalam negeri. Jadi perlu mempertimbangkan prospek batu bara ke depan. Akan tetapi, kami hormati rencana-rencana itu dan perusahaan pasti akan berkomitmen kurangi karbon,” ujarnya.
Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji peta jalan transisi energi menuju karbon netral di sektor energi pada 2050.
Untuk menuju target karbon netral tersebut, pemerintah terus menggenjot pengembangan energi baru terbarukan dan berupaya mengurangi peran dari energi fosil, termasuk batu bara.
Berdasarkan simulasi roadmap yang disusun Kementerian ESDM, karbon netral diharapkan dapat tercapai di 2050. Pada periode 2045—2050, pengoperasian PLTU batu bara juga diperkirakan secara natural akan berhenti.