Bisnis.com, JAKARTA—PT Hutama Karya (Persero) mempercepat konstruksi jalan tol Binjai—Langsa, ruas Binjai—Pangkalan Brandan. Perseroan menargetkan konstruksi ruas tersebut akan rampung pada 2022.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menjadwalkan konstruksi ruas Binjai—Pangkalan Brandan akan selesai pada Desember 2022. Hingga saat ini, Hutama Karya melaporkan konstruksi fisik ruas Binjai—Pangkalan Brandan telah mencapai 35 persen dengan proses pembebasan lahan di kisaran 26 persen.
“Kami memprioritaskan pengerjaan di Binjai—Pangkalan Brandan, karena melihat analisis kepadatan kendaraan di kawasan ini sudah sangat meningkat,” kata Direktur Operasi III Hutama Karya Koentrjoro dalam keterangan resmi, Kamis (8/7/2021).
Hutama Karya mendata total panjang ruas Binjai—Pangkalan Brandan mencapai 58 kilometer. Perseroan membagi konstruksi ruas tersebut menjadi tiga seksi, yakni Binjai—Stabat (12,3 kilometer, Stabat—Tanjungpura (26,2 kilometer), dan Tanjungpura—Pangkalan Brandan (18,9 kilometer).
Di samping itu, angka internal rate of returns (IRR) tol Binjai—Pangkalan Brandan berada di posisi minus 5,54 persen. Dengan kata lain, kepadatan kendaraan di ruas Binjai—Pangkalan Brandan telah meningkatkan IRR ruas tersebut.
Sementara itu, economic IRR jalan tol Binjai—Pangkalan Brandan mencapai 17,5 persen. Perseroan menaksir investasi yang ditelan proyek tersebut mencapai Rp9 triliun.
“Seluruh proses konstruksi hingga proses pembebasan lahan berjalan dengan baik. Diharapkan pembangunan tol Binjai—Langsa dapat bejalan lancar, minim kendala, dan sesuai target,” ucapnya.
Di sisi lain, Direktur Utama PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) Aji Prasetnyanti mengatakan bahwa tantangan konstruksi Tol Binjai—Pangkalan Brandan adalah kontur dan kondisi existing tanah dasar yang bervariasi.
Dengan begitu, metode pelaksanaan konstruksi harus disesuaikan di masing-masing lokasi konstruksi.
Selain itu, Aji berujar, pihaknya harus membangun dua jembatan bentang di tol Binjai—Pangkalan Brandan. Kedua jembatan tersebut terletak di Sungai Sei Wampu sepanjang 230 meter, dan Sungai Batang Serangan 178 meter.
“Pembangunan jembatan bentang di atas sungai ini juga memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Tantangan di lapangan tidak mudah, namun kami percaya tantangan tersebut dapat kami selesaikan,” katanya.