Bisnis.com, JAKARTA—Setelah sempat terpukul akibat pandemi Covid-19, harga minyak dunia mulai berangsur naik hingga kini berada pada kisaran US$70 per barel. Sebagai salah satu negara penghasil migas, apakah kondisi itu menguntung posisi Indonesia atau justru malah memberatkan?
Pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis waktu Indonesia, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September ditutup pada US$73,43 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) ditutup pada US$72,2 per barel.
Sementara itu, Harga minyak mentah Indonesia pada Juni 2021 ditetapkan pada US$70,23 per barel. ICP SLC juga mengalami kenaikan sebesar US$3,58 per barel, dari US$62,67 per barel menjadi US$ 66,25 per barel.
Praktisi Migas Nasional Rudi Rubiandini mengatakan bahwa sepanjang persentase antara konsumsi dan produksi nasional masih lebih besar konsumsi, maka kondisi harga minyak yang tinggi akan memberatkan negara.
Dari sisi hulu migas, kata Rudi, meningkatnya harga minyak dunia akan menguntungkan karena melonjaknya pendapatan negara.
Di sisi lain, konsumsi nasional yang masih lebih besar dari produksi membuat Indonesia harus merogoh kocek lebih banyak dengan adanya momen kenaikan harga minyak.
“Oleh karena itu, berat bagi indonesia dengan harga tinggi, tetapi dari sisi SKK Migas diuntungkan ketika harga tinggi, tetapi secara nasional menjadi terbebani,” katanya dalam webinar yang digelar pada Kamis (8/7/2021).
Tenaga Ahli Komisi Pengawas SKK Migas Bidang Operasional Nanang Abdul Manaf mengatakan bahwa kenaikan harga minyak dunia menjadi kabar baik untuk sektor hulu migas, karena dapat menghasilkan margin yang lebih besar.
Menurut Nanang, timbulnya defisit neraca perdagangan disebabkan karena tidak seimbangnya antara posisi impor dan ekspor yang dilakukan Indonesia.
Sektor hulu migas, kata dia, akan terus mencari cara untuk meningkatkan produksinya agar dapat menutup lubang besar dalam neraca perdagangan Indonesia.
“Harus ada kebijakan yang menurunkan konsumsi dan meningkatkan produksi, termasuk penggunaan gas, tenaga listrik harus menggunakan gas karena lebih bersih dan lebih efisien,” ucapnya.