Bisnis.com, JAKARTA - Laba Samsung Electronics Co. melampaui proyeksi karena harga memori dan pengiriman naik didorong permintaan server yang kuat dan bisnis pengecorannya bangkit kembali dari gangguan di pabriknya di Austin.
Perusahaan terbesar Korea Selatan itu membukukan laba operasional 12,5 triliun won (US$11 miliar) pada kuartal kedua 2021, mengalahkan perkiraan rata-rata 11 triliun won. Adapun penjualan mencapai 63 triliun won.
Perusahaan mengatakan pendapatan itu mencerminkan keuntungan satu kali terkait dengan bisnis display, tanpa melanggar kinerja divisi lebih jauh. Samsung akan memberikan pendapatan bersih dan angka final ketika merilis hasil penuh pada 29 Juli mendatang.
Menurut analis IBK Securities Kim Woon-ho, keuntungan satu kali kemungkinan berasal pembayaran dari Apple Inc.
“Jumlah total penjualan iPhone tidak memenuhi persyaratan kontrak panel OLED antara lain karena penjualan iPhone mini lebih rendah dari perkiraan. Biasanya jumlah penggantiannya sekitar 1 triliun won," katanya, dilansir Bloomberg, Rabu (7/7/2021).
Saham Samsung turun sebanyak 1% persen di perdagangan Seoul hari ini, dengan investor mengantisipasi penurunan berikutnya untuk pasar memori.
Baca Juga
Penjualan ponsel selama periode tersebut mungkin juga mengecewakan, menyusul gangguan rantai pasokan di Vietnam dan peluncuran model andalannya lebih awal dari biasanya pada Januari. Galaxy Fold 3 dan Galaxy Flip 3 generasi berikutnya diharapkan untuk debut pada awal Agustus.
“Bisnis smartphone dipengaruhi oleh dampak Covid-19 pada permintaan di India, gangguan produksi di Vietnam serta kekurangan prosesor pada beberapa model,” kata Lee Seung-woo, analis di Eugene Investment & Securities.
Dia memperkirakan pengiriman smartphone pada kuartal kedua turun menjadi 59 juta unit dari 76 juta pada kuartal pertama.
Perusahaan telah diuntungkan dari peningkatan aktivitas online yang mendorong permintaan chip memori untuk elektronik pribadi seperti PC dan smartphone. Klien pusat data juga telah meningkatkan pesanan untuk memperluas kapasitas mereka serta melindungi dari kekurangan chip yang meluas. Pabriknya di Austin, Texas yang bertanggung jawab untuk memproduksi chip telah kembali ke kapasitas operasional penuh setelah listrik padam.
Harga jual rata-rata modul DRAM naik 15 persen pada kuartal kedua sedangkan untuk penyimpanan NAND meningkat 3 persen, menurut catatan dari IBK Securities.
Samsung sedang mempersiapkan transisi teknologi besar ke generasi berikutnya dari chip memori pada paruh kedua tahun ini. Pembuat chip memori terbesar di dunia ini mengatakan pada Maret bahwa modul memori DDR5 (Double Data Rate 5) akan dua kali lebih cepat dari DDR4 saat ini sambil meningkatkan efisiensi daya.
Saham perusahaan secara umum tetap datar sepanjang paruh pertama tahun ini, kinerja di bawah benchmark KOSPI yang lebih luas, yang naik sekitar 15 persen.
“Kami berharap bisnis memori Samsung mendapat manfaat dari kekuatan harga memori sepanjang 2021, dan memproyeksikan pendapatan bisnis pengecoran pulih dari dampak penutupan Austin dari kuartal kedua,” kata analis Citigroup Peter Lee dalam sebuah catatan.
Selain itu, Lee juga memperkirakan Samsung akan mempertahankan kepemimpinan produk atau teknologi semikonduktor dengan arsitektur 3D dan DDR5 pada 2022, dan mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar.