Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank Mandiri merevisi angka proyeksi tingkat inflasi pada 2021, dari awalnya 2,92 persen menjadi 2,28 persen.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan tekanan inflasi diperkirakan akan tetap meningkat pada semester II/2021, tetapi tidak sebesar perkiraan sebelumnya.
“Alasannya adalah keputusan pemerintah untuk memperpanjang insentif pajak untuk pajak barang mewah untuk kendaraan hingga akhir tahun yang akan memangkas harga jual mobil,” katanya, Kamis (1/7/2021).
Di samping itu, menurutnya harga emas relatif lebih rendah dibandingkan dengan level tahun lalu seiring pemulihan ekonomi global yang lebih cepat dari yang diantisipasi sebelumnya.
Maraknya kasus harian Covid-19 akhir-akhir ini yang juga memaksa pemerintah untuk memberlakukan kembali pembatasan yang lebih ketat terhadap kegiatan masyarakat, yang disebut PPKM Darurat.
Penerapan kebijakan ini untuk menekan mobilitas masyarakat dan kegiatan bisnis selama masa pemulihan ekonomi, yang akibatnya akan membatasi kecepatan peredaran uang.
“Kami melihat permintaan cenderung melemah di awal semester II/2021, sehingga mengurangi permintaan yang potensi meningkatkan inflasi,” jelasnya.
Oleh karena itu, Faisal memprediksi inflasi pada tahun ini akan sebesar 2,28 persen, lebih tinggi dari realisasi inflasi 2020 sebesar 1,68 persen.
Adapun BPS mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juni 2021 mengalami deflasi sebesar -0,16 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Secara tahun berjalan, inflasi tercatat mencapai 0,74 persen (year-to-date/ytd) dan secara tahunan inflasi mencapai 1,33 persen (year-on-year/yoy).