Bisnis.com, JAKARTA — Setelah berturut-turut tumbuh di atas 100 persen, volume ekspor semen nasional melambat per Mei 2021. Namun demikian, volume ekspor selama Januari–Mei 2021 tetap tumbuh lebih dari dua kali lipat secara tahunan.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat realisasi volume ekspor per Mei 2021 hanya mencapai sekitar 1 juta ton. Angka tersebut lebih rendah dari bulan sebelumnya yang menembus level 1,2 juta ton pada Maret dan April 2021.
Akan tetapi, total ekspor kumulatif pada Januari-Mei 2021 tumbuh 119 persen secara tahunan menjadi 5,69 juta ton. Ekspor semen pada tahun ini diramalkan menembus level 10 juta ton atau tumbuh setidaknya 29,03 persen secara tahunan.
"Kami harapkan tahun ini ekspor mencapai 12 juta ton, dimana tahun lalu 9,3 juta ton," kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso dalam webinar "Kiat Menurunkan Emisi Karbon dari Sumber Industri", Senin (28/6/2021).
Berdasarkan ASI, tujuan ekspor semen nasional terbesar adalah Banglades atau mencapai 50 persen dari total volume ekspor. Sementara itu, permintaan dari China berkontribusi sekitar 13 persen atau sebanyak 740.531 ton selama Januari-Mei 2021.
Selanjutnya, Taiwan, Filipina, dan Australia masing-masing berkontribusi 8 persen dari total volume ekspor nasional. Srilangka mengimpor semen lokal sebanyak 3 persen dari total volume ekspor, sedangkan Brunei Darussalam dan Mauritius berkontribusi sekitar 2 persen.
Adapun, Timor Leste, Fiji, Malta, Peru, dan Amerika Serikat masing-masing berkontribusi sekitar 1 persen dari total volume ekspor.
Widodo menyatakan kegiatan ekspor adalah satu-satunya cara industri semen nasional untuk mengungkit utilisasi pabrikan. Konsumsi semen nasional pada 2020 belum mampu mengungkit utilisasi ke atas level 60 persen, namun kegiatan ekspor membuat utilisasi industri semen di level 62 persen pada 2020 walau permintaan domestik anjlok sekitar 10 persen.