Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan 2021 untuk Filipina menjadi 5,4 persen dari sebelumnya 6,9 persen. Namun rebound tajam bisa terjadi tahun depan jika pembatasan karantina virus Corona dilonggarkan lebih cepat dari yang diharapkan.
Dilansir Channel News Asia, Rabu (16/6/2021), Kepala Misi IMF untuk Manila Thomas Helbling mengatakan lonjakan baru dalam kasus Covid-19 mulai Maret mendorong penerapan kembali langkah-langkah penahanan yang lebih ketat. Hal ini kemungkinan memperlambat pemulihan ekonomi negara itu pada paruh pertama.
Filipina sedang berjuang melawan salah satu wabah virus Corona terburuk di Asia dengan lebih dari 1,3 juta kasus tercatat dan hampir 23.000 kematian.
Ekonomi berkontraksi dengan rekor 9,6 persen tahun lalu, dan produk domestik bruto menyusut 4,2 persen pada kuartal pertama, penurunan yang lebih besar dari yang diperkirakan. Manila memiliki target pertumbuhan 6 sampai 7 persen untuk tahun ini.
Kasus-kasus baru telah mencapai puncaknya, memungkinkan pemerintah untuk secara bertahap melonggarkan pembatasan di wilayah sekitar ibu kota. Namun provinsi-provinsi terus berjuang melawan lonjakan, menunjukkan pandemi masih jauh dari selesai di negara Asia Tenggara itu.
Pada 2022, Helbing memperkirakan ekonomi Filipina diperkirakan tumbuh 7 persen, lebih kuat dari proyeksi IMF sebelumnya sebesar 6,5 persen.
Baca Juga
Namun kebangkitan infeksi Covid-19 dan potensi penundaan vaksinasi karena kendala pasokan menimbulkan risiko penurunan pada prospek IMF.
Data pemerintah menunjukkan, pada 13 Juni, negara itu telah memberikan dua dosis vaksin Covid-19 kepada hampir 2 juta orang, atau hanya 2,8 persen dari 70 juta yang ditargetkan untuk diimunisasi tahun ini.
Mengenai pemulihan yang sedang berlangsung, Helbling mengatakan kebijakan moneter negara harus tetap akomodatif dan pemerintah harus menjaga stabilitas keuangan dan menghidupkan kembali pertumbuhan kredit.