Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. hanya mengoperasikan 53 unit pesawat hingga saat ini, atau kembali menurun dari jumlah sebelumnya yang mencapai 70 unit dari total 142 unit yang dioperasikan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan penggunaan armada pesawat selama masa pandemi disesuaikan dengan kondisi pasar dan demand layanan penerbangan, khususnya berkaitan dengan diberlakukannya beberapa kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat, antara lain melalui penyesuaian/pengurangan frekuensi penerbangan hingga optimalisasi penggunaan armada untuk rute padat penumpang.
Di samping itu, penggunaan armada pesawat dalam penerbangan selama masa pandemi juga turut memperhatikan tingkat isian dari angkutan kargo.
"Jumlah armada yang dioperasikan selama masa pandemi berkurang sehingga yang saat ini dioperasikan untuk mendukung operasional perusahaan ada pada kisaran 53 pesawat," tulis Irfan dalam keterbukaan informasi kepada PT Bursa Efek Indonesia yang dikutip, Jumat (11/6/2021).
Emiten berkode GIAA tersebut memerinci, dari total 142 unit pesawat sebanyak 53 unit telah dioperasikan dan sebanyak 39 unit dalam proses perawatan (maintenance). Adapun, sebagian besar pesawat yang dioperasikan atau 136 unit merupakan hasil sewa dari lessor.
Garuda berkomitmen untuk senantiasa menjaga kondisi pesawat yang dioperasikan laik terbang (airworthy) sesuai dengan peraturan penerbangan yang telah disahkan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) Kementerian Perhubungan.
Baca Juga
Dia menjelaskan untuk pesawat yang dalam kondisi tidak dioperasikan, maka pemeliharaan tetap dilakukan, yaitu dengan perawatan prolong dan/atau perawatan berkala dengan mengacu pada dokumen program perawatan yang diterbitkan oleh pabrikan pesawat / mesin yang telah disahkan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU)
Kemenhub.
Garuda secara berkala terus melakukan evaluasi terhadap performa rute penerbangan sebagai bagian dari langkah restrukturisasi rute, termasuk melalui penyesuaian frekuensi penerbangan hingga optimalisasi penggunaan armada untuk rute padat penumpang dalam upaya mendorong optimalisasi tingkat isian.
Langkah restrukturisasi rute tersebut didasari oleh kondisi pasar dan permintaan masyarakat terhadap layanan penerbangan. Saat ini perseroan juga sedang melakukan kajian menyeluruh yang meliputi aspek operasional, strategi, transformasi bisnis dan juga keuangan sebagai bagian dari upaya resrukturisasi.