Bisnis.com, JAKARTA - Sovereign wealth fund (SWF) asal Tanah Air bertajuk Indonesia Investment Authority atau INA akan memfokuskan diri pada 4 sektor dalam jangka pendek-menengah.
Ketua Dewan Direksi INA Ridha Wirakusumah mengungkap bahwa sebenarnya ada 9 sektor yang jadi incaran, namun beberapa sektor tampak lebih dominan potensi pertumbuhannya, seiring era new normal pascapandemi Covid-19.
Kendati baru memasuki usia kerja yang baru 75 hari, INA telah memetakan key sector yang mampu membantu meningkatkan tingkat kompetitif Indonesia, serta tujuan komersial dalam membantu perusahaan dan para mitra investasi memperoleh return yang optimal.
"INA bisa berinvestasi ke manapun. Tapi kita sudah memiliki list, dan fokus pada empat. Infrastruktur yang mencakup airport, seaport, jalan tol. Kemudian digital infrastruktur yang juga mencakup digital services & platform. Kita juga ada deal ke healthcare dan renewable energy," jelasnya dalam diskusi virtual bersama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Kamis (10/6/2021).
Beberapa sektor lain yang sesuai dengan filosofi investasi INA, antara lain waste management, tourism, teknologi keuangan (lending, payment, commerce), consumer (consumer health, pharmaceutical & FMCG) , serta logistik yang mencakup cold-storage, last-mile logistics dan pergudangan.
Ridha menjelaskan infrastruktur jelas akan menjadi sektor andalan dalam waktu dekat. Terutama apabila melihat pertumbuhan dan potensi multiplier effect dari jalan tol, kargo, dan port container.
Baca Juga
"Misalnya, untuk kargo, kita salah satu yang pertumbuhannya paling tinggi, bahkan setara Singapore & Hong Kong, tapi kita tidak berinvestasi seperti seharusnya. Contoh, saya baru dari Soekarno Hatta, dan melihat kita adalah negara dengan market kargo tumbuh tinggi dan punya volume yang besar, tapi masih manual, masih moving pakai tangan, yang tentunya agak memalukan. Tapi bagi investor, tentunya ini peluang," ujarnya.
Adapun, sejalan dengan kondisi selama masa pandemi, sektor healthcare di Indonesia masih butuh gelontoran pendanaan. Salah satu indikatornya, dibandingkan semua negara tetangga, Indonesia memiliki persentase tempat tidur per 10.000 penduduk paling rendah.
Terakhir, berkaitan dengan digital, INA memahami bakal banyak kebutuhan pendanaan di masa depan untuk merealisasikan berbagai infrastruktur digital, seperti tower telekomunikasi, data center, fiber optics, dan broadband services.
"Ini merupakan kunci mengembangkan potensi digital Indonesia. Tapi selain infrastruktur, kita juga melihat potensi dari digital services, terutama berkaitan cyber security & data management. Sementara untuk platform, bukan tidak mungkin kita akan berinvestasi ke unicorn kita yang sudah membuktikan keberlanjutan bisnisnya," tutupnya.