Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi produsen kendaraan bermotor di Tanah Air menyatakan volume ekspor otomotif Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Thailand. Hal ini tak lepas dari belum siapnya produksi di dalam negeri memenuhi jenis otomotif di pasar global.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menyebutkan rata-rata produksi kendaraan bermotor Thailand berkisar di angka 1,9–2,1 juta unit setiap tahunnya.
Jumlah tersebut menempatkan Thailand sebagai produsen terbesar di Asean, sementara Indonesia berada di posisi kedua dengan produksi tahunan di angka 1,2–1,3 juta unit.
Meski demikian, porsi penjualan kendaraan bermotor untuk konsumen dalam negeri Indonesia cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan Thailand. Rata-rata penjualan domestik Indonesia mencapai 1 juta unit dalam kurun 2016–2020. Sementara konsumsi domestik di Thailand hanya berada di kisaran 700.000 sampai 1 juta unit pada periode yang sama.
“Thailand produksi bisa sampai 2 juta, sementara konsumsi domestik hanya 1 juta. Berarti mereka bisa ekspor sampai 1 juta per tahun. Sementara kita hanya ekspor 200.000 sampai 300.000 tahun,” kata Jongkie dalam webinar Sektor Otomotif Nasional: Mengubah Tantangan Menjadi Peluang, Kamis (10/6/2021).
Jongkie mengatakan besarnya ekspor Thailand tak lepas dari kemampuan negara tersebut untuk memproduksi berbagai jenis kendaraan sesuai dengan kebutuhan pasar global.
Baca Juga
Sementara itu, produksi Indonesia didominasi oleh kendaraan jenis multi-purpose vehicle (MPV) sebesar 51 persen dan kendaraan bermotor hemat energi harga terjangkau atau low cost green car (LCGC) sebesar 21 persen.
Menurutnya, dominasi dua jenis kendaraan bermotor ini dalam struktur produksi Indonesia tidak menguntungkan dari sisi ekspor.
Data yang dihimpun Gaikindo memperlihatkan pasar kendaraan bermotor global justru didominasi oleh jenis SUV dengan pangsa 34,3 persen, tipe C 14,7 persen, dan tipe B sebesar 11,2 persen. Sementara untuk jenis MPV hanya menempati pangsa sebesar 6,1 persen.
“Kenapa Thailand bisa 1 juta ekspornya? Karena mereka bisa produksi semua jenis, sehingga perusahaan prinsipal memilih ekspor dari Thailand. Kondisi permintaan di negara ekspor inilah yang harus kita antisipasi. Kita harus bisa diversifikasi jenis yang diproduksi,” lanjutnya.
Besarnya produksi MPV dan LCGC sendiri tidak lepas dari permintaan yang tinggi dari konsumen di Tanah Air dengan kemampuan beli untuk kendaraan bermotor di bawah Rp300 juta. Tetapi, dia berharap industri dapat lebih memperbanyak jenis yang diproduksi seiring dengan berubahnya aturan perpajakan pada kendaraan bermotor.
“Untuk PPnBM, sebelumnya mengacu pada bentuk kendaraan di mana sedan pajaknya tinggi sementara MPV rendah sehingga yang lebih laku yang MPV. Namun ke depannya pemerintah akan mengubah regulasi. Nantinya tidak akan mengacu pada jenis, tetapi pada tingkat emisi. Makin rendah emisinya maka makin rendah PPnBM. Kami harap dengan hal tersebut akan ada diversifikasi produk di Indonesia sehingga kita bisa produksi sedan yang bisa dikonsumsi di dalam negeri dan juga diekspor,” kata Jongkie.