Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Agar KI Kendal Berdaya Saing Tinggi, Ini yang Harus Dilakukan

Kawasan Industri Kendal saat ini sudah memiliki 66 penyewa dengan capaian investasi sebesar Rp19,2 triliun.
Rencana pengembangan Kawasan Industri Kendal di Jawa Tengah./Jababeka.com
Rencana pengembangan Kawasan Industri Kendal di Jawa Tengah./Jababeka.com

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian mengusulkan sejumlah upaya agar industri yang menanamkan modal di Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah dapat berdaya saing tinggi.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Eko S.A. Cahyanto mengatakan bahwa usulan tersebut antara lain mendorong pembangunan pelabuhan, memfasilitasi harga gas yang kompetitif, dan mempercepat revisi Peraturan Presiden Nomor 78/2017 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kendal.

“Saat ini, KIK membutuhkan gas sebanyak 36,6 MMscfd. Industri existing yang menggunakan gas, yakni Inmas atau pabrik susu kental manis dan PT Daeyoung atau pabrik tekstil," katanya melalui siaran pers, Rabu (9/6/2021).

Eko menyebut ketika melakukan kunjungan di PT Daeyoung, perusahaan tersebut mengeluarkan biaya untuk LPG sebesar US$13,8 per MMBtu atau lebih mahal dari biaya untuk tenaga kerja. Mereka menggunakan gas sebagai sumber energi dalam proses dyeing yang pasokannya dari Jawa Timur.

Sementara kapasitas produksi perusahaan tersebut baru mencapai 60 persen dari total kapasitasnya sehingga apabila harga gas lebih murah lagi, tentu akan meningkatkan kapasitasnya. Produk PT Daeuoung sebagian besar dijual di dalam negeri dan sisanya diekspor ke Vietnam.

Eko berharap, seluruh industri yang berada di KIK dapat menikmati harga gas sebesar US$6 per MMBtu. KIK pun ingin adanya percepatan pembangunan pipa transmisi gas Cirebon-Semarang.

Kebutuhan gas di KIK yang saat ini mencapai 36,6 MMscfd, hampir 50 persen dari kebutuhan di Jawa Tengah sebesar 70 MMscfd.

"Kebutuhan gas di Kendal akan lebih besar jika industri-industri lain di luar KIK sudah beroperasi," ujarnya.

Eko mengemukakan agar lebih terintegrasi sehingga dapat menjadi daya tarik bagi para investor. Langkah ini perlu dilakukan melalui koordinasi dan kerja sama dengan pemangku kepentingan terkait, seperti lintas kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah.

KIK merupakan wujud nyata kerja sama antara Indonesia dan Singapura, yang dibangun oleh PT Jababeka Tbk. dengan Sembcorp Development Indonesia Pte. Ltd., anak perusahaan Sembawang Development Ltd. asal Singapura. Pengoperasian KIK diresmikan langsung Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada November 2016.

KIK saat ini sudah memiliki 66 penyewa dengan capaian investasi sebesar Rp19,2 triliun. Investasi ini tentunya memberikan efek berganda yang luas bagi perekonomian, di antaranya penerimaan devisa dan penyerapan tenaga kerja, paparnya.

Sebanyak 49 persen investor tersebut berasal dari Indonesia, kemudian 40 persen didominasi dari China, Taiwan, dan sisanya dari Singapura, Hong Kong, Korea Selatan, serta Malaysia.

Pembangunan KIK direncanakan sampai tiga tahap dengan total lahan seluas 2.200 hektare untuk menjadi kawasan industri terpadu yang didukung oleh pengembangan zona industri, pelabuhan, kota fesyen, dan permukiman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper