Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Belum Usai, KAI Rugi Rp303,4 Miliar pada Kuartal I/2021

Sebelum pandemi atau pada kuartal I/2020, KAI grup melayani 90,7 juta pelanggan kereta api atau rata-rata 30,2 juta pelanggan per bulannya. 
Pekerja beraktivitas melakukan perawatan rutin pada lokomotif di Depo Kereta Cipinang, Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja beraktivitas melakukan perawatan rutin pada lokomotif di Depo Kereta Cipinang, Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mencatatkan kerugian sebesar Rp303,4 miliar selama kuartal I/2021 atau Januari-Maret 2021.

Kinerja tersebut berkebalikan dengan periode yang sama tahun lalu, KAI justru membukukan keuntungan Rp281,9 miliar. 

VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan hal tersebut terjadi karena pandemi Covid-19 yang menyebabkan volume penumpang turun drastis.

Pasalnya, sebelum pandemi atau pada kuartal I/2020, KAI grup melayani 90,7 juta pelanggan kereta api atau rata-rata 30,2 juta pelanggan per bulannya. 

"Pada April sampai dengan Desember 2020 masa pandemi, KAI grup melayani total 94 juta pelanggan kereta api, atau rata-rata 10,5 juta pelanggan per bulan. Jumlah tersebut turun 65 persen jika dibandingkan triwulan pertama 2020," katanya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (3/6/2021).

Kendati begitu, dia menyebut pada tahun ini jumlahnya sudah mulai meningkat tapi tidak signifikan. Sepanjang Januari-April 2021, KAI grup rata-rata melayani 12,9 juta pelanggan per bulannya. 

"KAI akan terus berupaya mengoptimalkan pendapatan dari berbagai sisi agar bisa tetap bertahan pada masa pandemi Covid-19 ini," tegas Joni.

Sementara itu dikutip dari keterbukaan informasi perseroan (3/6/2021), KAI mencatatkan pendapatan sebesar Rp3,4 triliun pada tiga bulan pertama 2021. Jumlah ini anjlok dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5,3 triliun.

Penurunan tersebut bersumber dari sektor angkutan baik penumpang maupun barang. Pendapatan angkutan penumpang turun dari Rp1,9 triliun menjadi hanya Rp440 miliar. Sebaliknya, angkutan barang mengalami penurunan pendapatan dari Rp1,74 triliun menjadi Rp1,54 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmi Yati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper