Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Belum Reda, Sektor Jasa Jepang Terkontraksi 16 Bulan Berturut-turut

Aktivitas jasa telah berada di bawah ambang batas 50,0 yang memisahkan kontraksi dari ekspansi sejak Februari tahun lalu.
Cincin Olimpiade raksasa dipasang di area tepi laut di Tokyo, Jepang, dengan Jembatan Pelangi sebagai latar belakang./Antara/Reuters
Cincin Olimpiade raksasa dipasang di area tepi laut di Tokyo, Jepang, dengan Jembatan Pelangi sebagai latar belakang./Antara/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas sektor jasa Jepang mengalami kontraksi selama 16 bulan berturut-turut pada Mei karena permintaan terpukul oleh perpanjangan pembatasan darurat virus corona di dalam negeri dan pembatasan Covid-19 yang lebih ketat di pasar-pasar utama Asia.

Penurunan industri jasa menyeret aktivitas sektor swasta secara keseluruhan ke dalam kontraksi, dan langkah-langkah untuk menghentikan peningkatan infeksi virus corona menghambat pemulihan ekonomi negara itu.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) au Jibun Bank Japan Services terakhir merosot ke penyesuaian musiman 46,5, turun tiga poin dari level akhir bulan sebelumnya di 49,5

Artinya, aktivitas jasa telah berada di bawah ambang batas 50,0 yang memisahkan kontraksi dari ekspansi sejak Februari tahun lalu.

Hasil terbaru itu mendukung survei PMI manufaktur yang dirilis awal pekan ini yang juga menunjukkan perlambatan aktivitas pabrik karena pembatasan virus darurat.

Survei menunjukkan perusahaan melihat kontraksi lebih cepat dalam bisnis ekspor yang luar biasa dan baru bulan lalu, menyoroti ketegangan yang mereka rasakan dari permintaan yang lesu.

"Ekonomi jasa Jepang menghadapi penurunan tajam dalam kondisi permintaan," kata Usamah Bhatti, ekonom di IHS Markit, yang menyusun survei tersebut, dilansie Channel News Asia, Kamis (3/6/2021).

"Anggota panel menyoroti bahwa lonjakan infeksi Covid-19 dan penerapan keadaan darurat selanjutnya mengurangi output dan permintaan lebih lanjut," lanjutnya.

Sementara survei menunjukkan bisnis tetap optimistis tentang prospek tahun depan, mengutip harapan bahwa berakhirnya pandemi akan mendukung permintaan di dalam dan luar negeri, tingkat optimisme mereka berada pada level terendah dalam empat bulan.

Sektor-sektor yang dicakup dalam survei ini meliputi transportasi, real estat, komunikasi, informasi, layanan bisnis dan konsumen, tidak termasuk ritel.

Sementara itu, PMI Composite, yang menggabungkan manufaktur dan jasa berada pada level 48,8 pada Mei, kembali mengalami kontraksi setelah meningkat pada bulan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper