Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian BUMN optimistis Indonesia Investment Authority (INA) dapat mendorong pembangunan infrastruktur nasional. Pasalnya, porsi utang sebagai pendanaan infrastruktur di dalam negeri akan berangsur berkurang.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa INA telah mendatangkan modal sekitar Rp54 triliun yang terdiri atas 25 persen dana pemerintah dan 75 persen dana asing.
Dia mencatat beberapa negara yang telah menanamkan dananya di INA adalah Uni Emirat Arab, Kanada, dan Belanda.
"[Alhasil,] kita bangun infrastruktur tidak berdasarkan utang, tapi berdasarkan modal. Dubai, Kanada, Belanda percaya kok sama kita, berarti [INA] bisa [menghimpun modal]," katanya dalam kanal YouTube Deddy Corbuzier Podcast, Selasa (1/6/2021).
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo sebelumnya mengatakan bahwa ada 24 jalan tol di jalan tol Trans-Jawa dan jalan tol Trans-Sumatra yang masuk dalam daftar pertama konsesi jalan tol.
Adapun, daftar tersebut sedang dibahas pemerintah bersama INA untuk peluang ekuitas hingga Rp34 triliun.
Target penyerapan investasi periode pertama INA adalah infrastruktur transportasi, karena sektor ini disiapkan untuk menjaga peningkatan permintaan saat ekonomi pulih.
Direktur Operasi II PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Bambang Rianto menargetkan dapat mendapatkan dana segar senilai Rp20 triliun dari penjualan 12 ruas tol perseroan pada INA. Adapun, total ruas tol yang dimiliki Waskita saat ini sekitar 17 ruas.
"Dengan debt to equity ratio di posisi 3—4 persen, dengan Rp20 triliun kami bisa leverage kemampuan kami 3—4 kali untuk mengerjakan infrastruktur. Jadi, kami bisa mengerjakan infrastruktur [sampai] Rp60 triliun dan bisa bangun 1.000 kilometer tol lagi," katanya.
Bambang menilai ke-12 ruas milik perseroan telah layak untuk diambil alih oleh investor asing melalui INA.
Menurutnya, saat ini INA berminat untuk menyewa 6—12 ruas tersebut untuk segera diakuisisi atau dibeli oleh investor.
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Donny Arsal mengatakan pihaknya telah memilih sembilan dari 21 ruas jalan tol yang sebenarnya berpotensi untuk sebagai alat investasi oleh INA maupun investor lainnya. Menurutnya, 18 dari 21 aset yang dimiliki Jasa Marga telah berada dalam tahapan brownfield.
Artinya, Jasa Marga telah menghilangkan dua risiko utama yaitu risiko pembebasan lahan dan risiko konstruksi baik keselamatan konstruksi maupun eskalasi biaya konstruksi. Dengan demikian, Donny berujar investor hanya akan menghadapi traffic dan tarif.
Donny menilai INA merupakan alternatif untuk program asset recycling perseroan. Dengan kata lain, ruas yang ditawarkan tidak sepenuhnya didivestasi lantaran perseroan masih menggunakan dananya untuk investasi tol yang baru.