Bisnis.com, JAKARTA - Penyerapan tenaga kerja di Indonesia sampai dengan penghujung semester I/2021 yang timpang dinilai terjadi seiring dengan tidak meratanya benefit dari pertumbuhan ekonomi terhadap seluruh sektor dunia usaha.
Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar mengatakan pertumbuhan ekonomi terakhir Indonesia hanya memberikan keuntungan bagi sebagian kecil sektor, sedangkan sektor yang lainnya masih terkapar.
Di antaranya, terdapat tiga sektor yang masih mencatatkan pertumbuhan di zona positif pada kuartal I/2021. Yaitu, pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 2,95 persen secara tahunan (yoy); jasa kesehatan 3,64 persen; serta informasi dan komunikasi 8,72 persen.
Enam sektor lainnya masih negatif, yang paling parah di antaranya tranportasi dan pergudangan sebesar -13,12 persen; serta penyediaan akomodasi makanan dan minum sebesar -7,26 persen.
Sementara sektor industri pengolahan dan konstruksi mencatat performa yang cukup gemilang selama kuartal I/2021 meskipun masih berada di zona minus. Masing-masing mencatatkan pertumbuhan -1,38 persen dari -3,14 persen pada kuartal I/2021; serta serta perdagangan, reparasi mobil dan motor yang tumbuh -1,23 persen dari -3,64 persen.
Timboel menilai sektor yang tidak tumbuh pada kuartal I/2021 masih membutuhkan insentif dan stimulus. Kendati ada keterbatasan anggaran, lanjutnya, anggaran yang tidak terserap dalam jumlah cukup signifikan bisa dijadikan amunisi untuk menolong sektor-sektor yang belum bangkit.
Baca Juga
Selain itu, instrumen investasi diperkirakan menjadi kontributor utama untuk penyerapan tenaga kerja. Terutama, dengan turut mengalirnya sejumlah cuan kepada perusahaan level UMKM yang dinilai akan mempekerjakan banyak orang.
Dengan kata lain, lanjut Timboel, peluang realisasi invetasi nasional bisa tercapai cukup besar dengan catatan bisa mengendalikan Covid-19 seperti saat ini dan memfasilitasi investor di industri-industri besar dengan pedagang kecil sehingga juga menguntungkan UMKM.
"Pemerintah diminta bisa memadukan antara industri yang maju dan UMKM secara sistemik. Untuk penyerapan lapangan kerja paling besar 1,5 - 2 juta orang tahun ini," ujar Timboel, Minggu (30/5/2021).
Dari target tersebut, ujarnya, pekerja informal diharapkan bisa tumbuh hingga 1 juta orang sebagai bukti dari berlakunya mekanisme multiplyer effect yang diharapkan bisa bergerak ketika UU No.11/2020 tentang Cipta Kerja diterapkan secara optimal.
Tidak hanya hal tersebut, sejumlah faktor lain diharapkan juga bisa menjadi pendorong pemulihan sektor ketenagakerjaan di Tanah Air. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia diharapkan bisa menjadi mesin utamanya.
Kadin, kata Timboel, sebagai organisasi para pengusaha tulen didorong untuk meningkatkan kinerja investasi untuk membantu pemerintah mencapai misi tersebut. Fokus Kadin diharapkan bisa total ke pemulihan ekonomi dan tidak tercampur dengan hal-hal yang berbau politis.
Kendati beberapa sektor sudah mencatatkan perbaikan performa seperti dijelaskan di atas, pengurangan tenaga kerja masih terus terjadi di sejumlah sektor. Sektor yang paling disorot saat ini adalah transportasi - terutama maskapai penerbangan - dan ritel.
Belum lama ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan sebanyak 10 juta pekerja yang terdampak pandemi Covid-19 sudah kembali bekerja. Kondisi tersebut membuat jumlah pengangguran dan pekerja dirumahkan yang semula mencapai 29 juta orang turun menjadi 19 juta orang.
Namun demikian, isu ketenagakerjaan yang masih melanda menjadi signified dari masih runcingnya perihal penyerapan tenaga kerja di Indonesia sehingga tak dapat diremehkan.
Apalagi, pemeritah sudah kadung menargetkan Rp900 triliun untuk realisasi tahun ini. Naik dari tahun lalu senilai Rp 858,5 triliun dengan harapan penyerapan tenaga kerja bisa ikut terkerek.