Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy memutuskan untuk menunda eksplorasi wilayah kerja panas bumi pada tahun ini.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ahmad Yuniarto mengatakan pihaknya memutuskan untuk menahan dan mengevaluasi rencana eksplorasi pada tahun ini. Menurutnya, Pertamina Hulu Energy akan mengatur ulang strategi eksplorasinya dan akan dimulai kembali pada tahun depan.
"Saat ini kami siapkan eksplorasi program di Seulawah, di Aceh kami lakukan kajian untuk selesaikan FID untuk eksplorasi di Seulawah, juga punya rencana eksplor ditempat lain juga, ini yang kami lakukan sekarang, tetapi actual drilling processing kami lakukan tahun depan," katanya dalam webinar yang digelar pada Jumat (21/5/2021).
Sepanjang 2020, realisasi kinerja operasional Pertamina Geothermal Energy sepanjang 2020 melebihi target. Selama pandemi, peseroan berhasil mencatat produksi setara listrik (electric volume produce – geothermal) sebesar 4.618,27 GWh atau lebih tinggi 14 persen dari target yang telah ditetapkan tahun lalu yaitu sebesar 4.044,88 GWh.
Pencapaian di atas target tersebut karena pelaksanaan operation excellence yang didukung implementasi Geothermal Integrated Management System. Pencapaian PGE tersebut menyumbangkan 31 persen produksi geothermal nasional 2020 yang ditetapkan Kementerian ESDM sebesar 14.774 Giga Watt Hour (GWh).
Secara rinci, Area Geothermal (AG) Kamojang berhasil mencatat produksi setara listrik sebesar 1.650 GWh atau lebih tinggi 13 persen dari target RKAP 2020 yang sebesar 1.454 Gwh. AG Lahendong mencatat produksi setara listrik sebesar 828 GWh atau lebih tinggi 10 persen dari target yang sebesar 754 GWh.
Baca Juga
Kemudian, AG Ulubelu mencatat produksi setara listrik sebesar 1.613 GWh atau lebih tinggi 21 persen dari target yang sebesar 1.33 persen GWh. Lalu, AG Lumut Balai mencatat produksi setara listrik sebesar 442 GWh atau lebih tinggi 12 persen dari target yang sebesar 395 GWh.
Selain menjaga pasokan listrik dari pembangkit yang telah dioperasikan saat ini, PGE juga melakukan kajian dalam rangka meningkatkan kapasitas terpasang panas bumi untuk pembangkitan energi listrik dari wilayah operasi eksisting. Area yang menjadi fokus awal dalam kajian ini adalah Area Ulubelu (Lampung) dan Area Lahendong (Sulawesi Utara).
“PGE terus berkomitmen untuk meningkatkan energi baru terbarukan [EBT] dalam bauran energi nasional menjadi 23 persen pada 2025 di sektor panas bumi dengan strategi bisnis yang terukur untuk menjadi World Class Green Energy Company. Kedepannya PGE menargetkan untuk mengoperasikan PLTP dengan kapasitas own operation 1,3 Giga Watt [GW] pada 2030,” jelasnya.
Saat ini PGE mengelola 15 Wilayah Kerja Panas Bumi, dimana dalam wilayah kerja tersebut telah terbangkitkan listrik panas bumi sebesar 1877 MW, yang terdiri atas 672 MW yang dioperasikan sendiri (own operation) oleh PGE dan 1205 MW dikelola melalui kontrak operasi bersama.
Kapasitas terpasang panas bumi di Wilayah Kerja PGE tersebut berkontribusi sebesar sekitar 88 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,5 juta ton CO2 per tahun.
Ahmad mengatakan penghematan juga merupakan salah satu kunci dalam menghadapi tantangan pandemi Covid-19 di sepanjang 2020. Dari anggaran biaya operasional yang sudah direncanakan, PGE dapat melakukan efisiensi biaya operasi sebesar 9 persen.
PGE juga mendukung strategi pemerintah dalam utilisasi produk-produk dalam negeri. Untuk penerapan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) PGE telah menerapkan Pemanfaatan TKDN sebesar 63,39 persen melebihi target yang telah direncanakan tahun 2020 sebesar 25 persen.