Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef: Porsi Ekspor UMKM Indonesia Masih Tertinggal dengan Negara Tetangga

Persentase produk UMKM Indonesia yang diekspor ke luar negeri sebesar 15 persen, di bawah UMKM Malaysia yang mencapai 20 persen.
Stand pameran di acara UMKM Gayeng Monco Negoro di Mal Paragon Semarang, Rabu (28/4/2021). Acara ini diselenggarakan oleh Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah secara hybrid di Semarang dan Singapura. (Foto: Istimewa)
Stand pameran di acara UMKM Gayeng Monco Negoro di Mal Paragon Semarang, Rabu (28/4/2021). Acara ini diselenggarakan oleh Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah secara hybrid di Semarang dan Singapura. (Foto: Istimewa)

Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat produktivitas UMKM Indonesia di sisi ekspor tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.

Dari data Kementerian Koperasi dan UKM, persentase produk UMKM Indonesia yang diekspor ke luar negeri sebesar 15 persen. Sementara, porsi produk UMKM Malaysia yang dieskpor ke mancanegara adalah hampir sebesar 20 persen, dan Thailand mendekati angka 30 persen.

Menurut Wakil Direktur Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto, salah satu faktor besarnya porsi UMKM yang dieskpor ke luar negeri adalah adanya ekosistem untuk pembiayaan dan pembinaan. Contohnya yaitu Malaysia.

“Wajar kalau kemudian mereka mampu naik kelas dan eskpansi bisnisnya sampai ekspor,” ujar Eko dalam diskusi virtual, Senin (10/5/2021).

Tidak hanya terkait dengan porsi terhadap ekspor, dukungan kredit pembiayaan untuk UMKM di Indonesia juga masih lebih rendang dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, China, dan Korea Selatan.

Dari data OECD yang diolahnya, Eko memaparkan persentase dukungan pembiayaan bagi UMKM di Indonesia sebesar 19,68 persen. Sementara, beberapa negara tetangga memiliki persentase yang terlampau lebih besar seperti Malaysia (50,60 persen), Thailand (50,47 persen), China (64,96 persen) dan Korea Selatan (81,20 peren).

“Dukungan pembiayaan UMKM di Indonesia ini sangat rendah dan flat. Hanya sekitar 19 persen. Itu dari tahun ke tahun segitu-gitu saja dan tidak naik-naik. Ini perlu ada upaya terobosan, kalau tidak akan semakin tertinggal,” jelas Eko.

Eko lalu mengingatkan apabila UMKM Indonesia ingin keluar dari situasi pandemi Covid-19 dengan sukses, maka dorongan pembiayaan harus ditingkatkan. Meskipun, pembiayaan hanya satu dari sekian banyak aspek yang dibutuhkan untuk mendorong UMKM agar naik kelas.

Menurut Ekonom UI Ninasapti Triaswati, UMKM juga membutuhkan lebih banyak pelaku usaha atau penguasaha. Pasalnya, persentase wirausaha yang ada di Indonesia masih berada di bawah negara-negara tetangga. Misalnya, Malaysia memiliki persentase wirausaha sebesar 4,7 persen, sedangkan Indonesia hanya memiliki 3,47 persen.

Selain adanya pelaku usaha, Ninasapti juga menyebut faktor supply chain juga dibutuhkan untuk mendorong usaha naik kelas, mulai dari mikro hingga naik ke menengah. “Pemerintah ingin [UMKM] naik kelas, berarti harus mendorong usaha mikro ke menengah. Tidak hanya pembiayaan, namun juga supply chain atau mendorong keterkaitan antar sektor,” jelas Ninasapti.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper