Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Direktur Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan banyak UMKM yang membutuhkan fasilitas kredit untuk pembiayaan namun tidak mendapatkan akses ke lembaga keuangan formal. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 69,02 persen UMKM membutuhkan modal usaha.
Eko menyebut karena tidak mendapatkan akses ke lembaga formal, maka banyak juga pelaku usaha yang beralih ke lembaga keuangan non-formal. Meskipun, pinjaman tersebut memiliki bunga pinjaman yang sangat tinggi.
“Tetapi mereka tetap aja [meminjam] karena tidak ada alternatif lain,” jelas Eko dalam diskusi virtual, Senin (10/5/2021).
Maka itu, Eko mengatakan rencana pembentukan ekosistem ultramikro oleh pemerintah diharapkan dapat mengurangi jumlah pelaku usaha yang meminjam ke lembaga keuangan non-formal untuk pembiayaan usaha. Pasalnya, salah satu fungsi dari ekosistem tersebut merupakan pemberian dukungan pembiayaan kepada pelaku usaha agar dapat beroperasi hingga naik kelas.
Tidak hanya pembiayaan, UMKM juga membutuhkan lebih banyak pelaku usaha atau penguasaha. Ekonom UI Ninasapti Triaswati mengungkapkan persentase wirausaha yang ada di Indonesia masih berada di bawah negara-negara tetangga. Misalnya, Malaysia memiliki persentase wirausaha sebesar 4,7 persen, sedangkan Indonesia hanya memiliki 3,47 persen.
Selain adanya pelaku usaha, Ninasapti juga menyebut faktor supply chain juga dibutuhkan untuk mendorong usaha naik kelas, mulai dari mikro hingga naik ke menengah.
Baca Juga
“Pemerintah ingin [UMKM] naik kelas, berarti harus mendorong usaha mikro ke menengah. Tidak hanya pembiayaan, namun juga supply chain atau mendorong keterkaitan antar sektor,” jelas Ninasapti.