Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Kenaikan Kunjungan, Peritel Tingkatkan Prokes Cegah Kerumunan

Tren positif jumlah pengunjung dan penjualan ini seringkali diikuti dengan sejumlah pelanggaran protokol kesehatan.
Wali Kota Tangerang Arief sidak protokol kesehatan di pusat belanja Tangcity, karena ada kerumunan pengunjung sebelumnya./Antararn
Wali Kota Tangerang Arief sidak protokol kesehatan di pusat belanja Tangcity, karena ada kerumunan pengunjung sebelumnya./Antararn

Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan kunjungan yang diiringi dengan naiknya penjualan dirasakan bisnis ritel pada pekan terakhir menjelang Lebaran. Para pengelola mulai meningkatkan pengawasan demi memastikan protokol kesehatan tetap dipatuhi.

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menyebutkan kenaikan jumlah kunjungan ke pusat belanja bisa mencapai 30 persen pada hari-hari menjelang Lebaran.

Tren kenaikan dia sebut mulai terasa sejak Maret ketika implementasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro mulai diberlakukan lebih luas di berbagai daerah.

“Sebelumnya kenaikan kunjungan terjadi ketika weekend saja. Tetapi menjelang Lebaran hampir setiap hari traffic yang datang tinggi,” kata Budihardjo, Rabu (5/5/2021).

Kenaikan jumlah pengunjung ini pun diikuti dengan meningkatnya penjualan. Budihardjo mengatakan penjualan ritel bisa naik sampai 20 persen dibandingkan dengan hari biasa selama pandemi.

Tren positif jumlah pengunjung dan penjualan ini, lanjut Budihardjo, tak dipungkiri diikuti dengan sejumlah pelanggaran protokol kesehatan. Dia mencatat laporan pelanggaran kerap terjadi di ritel restoran.

“Tidak menutup kemungkinan pelanggaran terjadi, misal di restoran ketika ada satu keluarga makan bersama tetapi tidak menjaga  jarak. Sanksi berupa teguran dan peringatan,” lanjutnya.

Penegakan protokol kesehatan di tingkat tenant juga diikuti dengan pengawasan berlapis. Budihardjo menyebutkan para pengelola tetap mengacu pada okupansi maksimal 50 persen untuk pusat perbelanjaan sebagaimana diatur pemerintah. Jumlah masyarakat yang masuk dan keluar pusat belanja pun terus dipantau.

“Untuk menjaga kenyamanan berbelanja pihak pengelola juga dilibatkan dalam mengatur masuk dan keluarnya pengunjung. Belanja boleh-boleh saja, asalkan dengan cara yang sudah diatur,” kata dia.

Budihardjo pun mengharapkan pemerintah tidak melakukan pembatasan ketat terhadap operasional pusat belanja dan ritel sebagaimana terjadi saat Ramadan tahun lalu. Dia memastikan bisnis ritel modern bisa tetap berkontribusi pada pergerakan ekonomi tanpa mengabaikan aspek kesehatan.

Perekonomian nasional sendiri mencatatkan pertumbuhan negatif pada kuartal I/2021 dengan kontraksi sebesar 0,74 persen. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar penurunan dengan kontraksi sebesar 2,23 persen.

Penjualan eceran untuk makanan, minuman, sandang, dan aksesoris tercatat masih turun dibandingkan dengan kuartal I/2020.

Meski konsumsi pada kuartal I belum tumbuh positif, Budihardjo memberi catatan bahwa kuartal I tahun lalu sektor penjualan belum terkontraksi lantaran Covid-19 baru masuk ke Tanah Air pada Maret. Penjualan ritel pun sempat menikmati kenaikan akibat aksi panic buying masyarakat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper