Bisnis.com, JAKARTA - Huawei Technologies Co. mencatatkan penurunan pendapatan pada kuartal I/2021 menyusul tekanan dari sanksi Amerika Serikat terhadap bisnis ponsel pintar.
Dilansir dari Bloomberg, Huawei mencatat penjualan sebesar 150,1 miliar yuan (US$23 miliar) dalam tiga bulan pertama tahun ini, turun 17 persen dari 160,6 miliar yuan pada periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Penurunan ini merupakan yang kedua kalinya berturut-tutut setelah turun 11 persen pada kuartal IV/2020.
Meskipun pendapatan turun, laba bersih Huawei melonjak lebih dari 25 persen menjadi 16,8 miliar yuan seiring dengan penurunan beban biaya, menurut data yang dirilis di platform layanan kliring pemerintah China, Shanghai Clearing House.
Huawei belum memberikan pernyataan mengenai kinerja keuangannya terssebut.
Perusahaan yang berbasis di Shenzhen ini mulai pulih dari tahun terberatnya sepanjang sejarah, ketika sanksi oleh pemerintahan Trump menekan bisnis ponsel cerdasnya dan menghalangi kemajuan dalam produsen chip dan jaringan teknologi 5G.
Baca Juga
Saat pemerintahan AS berganti pun, belum ada tanda-tanda sanksi akan berhenti. Hal ini mendorong pendiri Huawei, Ren Zhengfei, untuk mengarahkan perusahaan ke area pertumbuhan baru seperti pertanian pintar, perawatan kesehatan, komputasi awan, dan mobil listrik.
Huawei bersaing dengan raksasa teknologi lain seperti Baidu Inc. dan Xiaomi Corp. dalam merambah bidang kendaraan, rumah, dan tempat kerja terhubung yang berkembang pesat.
Perusahaan tersebut menginvestasikan US$1 miliar untuk mengembangkan teknologi swakemudi dan mobil listrik tahun ini dan telah mulai menjual kendaraan listrik dengan mitranya, Chongqing Sokon Industry Group Co.