Bisnis.com, JAKARTA — Program pengembangan biodiesel 40 persen dapat diimplementasikan pada tahun depan setelah dipastikan tidak akan dikembangkan pada tahun ini.
Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan pada saat ini pengembangan B40 masih terbagi menjadi 2 opsi campuran yakni dengan fatty acid methyl ester (FAME) dan campuran green diesel.
Menurut Togar, apabila menggunakan FAME sebagai campuran biodiesel, seharusnya hal itu sudah siap dilaksanakan pada tahun depan.
"Kalau bicara B40 dengan FAME itu mungkin bisa dilakukan tahun depan dengan kapasitas produksi yang ada saat ini," katanya dalam webinar yang digelar pada Rabu (21/4/2021).
Sementara itu, pengembangan B40 bisa saja diprediksi molor selama dua atau tiga tahun ke depan apabila menggunakan campuran green diesel yang tengah dikembangkan oleh PT Pertamina (Persero).
Menurut Togar, B40 dengan campuran green diesel baru akan dapat diimplementasikan pada 2023 atau bahkan 2024 dan dinilai tidak akan mencapai 40 persen, tetapi hanya mencapai sekitar 32,5 persen atau 35 persen.
"Kita harus liat dulu roadmap atau rencana Pertamina untuk green diesel dan juga sebenarnya B40 ini harus ada investasi baru khusus untuk produksi green diesel-nya, jadi paling mentok rencana 32 persen kalau kita mengharapkan coprocessing-nya Pertamina," jelasnya.
Sementara itu, Kasbudit Keteknikan & Lingkungan Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Effendi Manurung mengatakan pihaknya belum dapat memastikan kapan pengembangan B40 akan mulai dilaksanakan.
Menurut dia, masih perlu adanya diskusi dengan berbagai pihak mulai dari konsumen, produsen kendaraan, dan pengelola limbah. Dengan hal itu, pengembangan B40 tidak bisa secara cepat dilakukan.
"Tentunya kami yang bertugas memastikan ketersediaan energi di sisi kami bisa secepatnya dilakukan, tetapi untuk secepat itu harus perlu dukungan seluruh stakeholder baik itu dari produsen, pengguna, limbahnya, itu semua sama-sama, jadi agak sulit saya menyampaikan targetnya," ungkapnya.